Brownies dan Semut
Oleh:
Rinta Wulandari
Aku sebal sekali
siang ini. Brownies cokelat kesukaan
ku habis. Padahal roti brownies
buatan bunda sangat lezat. Kalau kue kesukaanmu habis karena dimakan oranglain,
mungkin aku akan menemui si pemakan rotiku. Akan aku marahi, dan kuminta agar
ia membuatkan kembali brownies senikmatan
buatan bunda. Tapi.. bagaimana caranya aku memarahinya? Mereka sangat ramai,
mereka sangat menyebalkan, dan mereka bertaring! Apakah aku harus menginjak
mereka? Hei semut! Tega sekali kau memakan brownies
kesukaanku, hingga menyisakan potongan kecil saja, itupun rakyatmu mulai
menggontongnya kembali.
Hm... mungkin
memang salahku, lupa menutup wadah bekalku, memang sih, itu brownies terakhir di kotak bekal, tapi
tetap saja yang terakhir justru menyisakan kenikmatan terdalam, sengaja ku
jadikan urutan terakhir bagi cream
brownies tertebal. Eh.. malah dimakan dan digotong oleh sekumpulan semut
itu.. uh! Apa jadinya kalau aku berebut dengan kawanan semut itu?
“Hei Fira, apa
yang kau lihat?” sambil melihat kearah pandang mataku.
Tiba-tiba
temanku Lala menghamburkan pikiranku yang sedang tertuju pada sekumpulan semut
dibawah kaki ku.
“Oh semut..
mereka contoh hewan pekerjasama terbaik di dunia Fir, coba deh kamu lihat,
bongkahan roti sebesar itu bisa mereka bawa dengan baik, pasti kue itu akan
dibawa ke sarangnya, dan dibagikan untuk rakyat semut lainnya...”
“He.. eh..
iyaya, mereka pekerja yang baik, walaupun ukuran mereka kecil, tapi mereka bisa
membawa roti sebesar itu, mungkin bagi mereka itu roti raksasan ya La...”
tuturku mencoba tersenyum pada Lala. Uh.. Lala mana tahu perasaanku, ia tak
tahu kalau bongkahan roti itu adalah roti terakhir buatan Bunda yang ada di
kotak bekalku.
“Oh iya Fir,
nanti sepulang sekolah kita akan mengerjakan PR bersama di pondokan taman kan?”
Lala mengingatkan janji mereka.
“Ah.. iya, aku
hampir lupa. Tentu La, aku ingat. Aku juga agak kesulitan dengan PR matematika
tadi..” jawab Fira.
***
“Bun, kue
brownies buatan bunda masih ada?”
“Wah sudah
habis, Nak.. kan di kotak bekalmu adalah beberapa potongan terakhir brownies
buatan Bunda.. bagaimana?nikmat kan?”
“Nikmat Bun...
tapi aku tak bisa merasakan potongan paling terakhir... potongan itu tewas
Bun..”
“Hah?tewas?
ada-ada saja kamu, Nak.. “
“Iya Bun.. brownies-nya lenyap di gotong sekumpulan
semut, kalau ku ambil paksa, pasti kuenya akan kotor Bun..”
Tiba-tiba ibu
tertawa cekikikan..
“Kenapa Bunda
tertawa?”
“Ah tidak, Bunda
hanya membayangkan kamu rebutan sama para semut demi roti brownies itu.. Semut juga kan ciptaan Allah... berbagi sedikit
dengan semut kan tak apa..”
“Tapi Bun..”
“Seingat Bunda,
tadi pasgi Bunda meletakkan 6 potong brownies
ke kotak bekalmu.. kalau itu adalah
brownies terakhir, pasti kamu seudah makan 5 brownies lainnya kan?”
“I.. iya sih
Bun.. tapi brownies terakhir itu
dengan cream yang super tebal, Bun..
tebaal banget cream cokelatnya..”
“Hahaha ya
sudah.. lain kali Bunda buatkan lagi brownies
yang dua kali lipat tebalnya ya..”
***
Siang ini Lala
sudah di pondokan taman, Lala terlihat sedang duduk manis menunggu Fira datang
untuk mengerjakan PR bersama, kemudian berangkat mengaji bersama. Rumah Lala
dan Fira berdekatan. Dari rumah, Lala memang sudah membawa dua gelas minuman
cokelat dingin buatan mamanya. Lumayan, dihari terik seperti ini, menikmati
cokelat dingin sangat terasa nikmatnya.
Gelas cokelat
itu diletakkan Lala disebelah tempatnya duduk, gelas itu untuk Fira. Dan
segelas cokelat dingin lagi, ada di tangan Lala untuk ia nikmati. Cukup lama
Lala menunggu, hampir 15 menit.. akhirnya Fira datang juga..
“Lama sekali
kamu Fir.. aku hampir menyelesaikan soal nomor 5 PR Matematika kita nih..”
“Hehehe, maafkan
aku La.. tadi aku membantu Bunda buat kue dulu.. lalu aku mandi dulu karena
kita akan langsung ngaji sore ini..”
“Ah kamu..
yasudah, ayo kita kerjakan PR nya, hari semakin sore..” Tak lama Lala baru
teringat sesuatu.. “Eh iya, hampir lupa, itu ada cokelat dingin dari mama,
mungkin sudah tak dingin lagi Fir, karena kamu datangnya agak lama.. itu
disudut sana Fir..” tutur Lala sambil menunjukkan letak gelas cokelatnya.
“Yaaah Lala..
cokelat dinginnya semutan.. banyak sekali semut....”
“Waah, apakah
masih bisa diselamatkan Fir, cokelatnya?”
“Semutnya
terlalu banyak La...” tutur Fira bersedih. Hilang lagi kesempatannya untuk
mengecap minuman cokelat dingin dibawah cuaca yang makin terik. Fira
meminggirkan gelas berisi cokelat, kemudian Fira memukul-mukul semut yang
berada di sekitar gelas dengan buku cetak matematikanya yang super teba;. “Uh,
gara-gara semut.. hilang sudah kesempatanku menikmati minuman cokelat
kegemaranku! Dasar semut nakal! Semut jelek! Nih matilah kau!” tutur Fira sambil
terus memukuli para semut.
“Hei apa yang
kamu lakukan? Sudah - sudah jangan dipermsalahkan Fir, jangan dipukul
semut-semutnya.. nanti ku minta mama membuatkannya lagi untukmu...” ucap Lala
sambil meanahan pergerakan tangan Fira.
Akhirnya Fira
menceritakan kejengkelannya sejak tadi pagi dengan sekelompok semut pada Lala.
Fira mengatakan semut itu pencuri yang semena-mena, mereka tanpa permisi
mengambil makanan atau minuman manisnya. Lala menenangkan Fira, akhirnya Fira
bisa tenang dan kembali menulis PR.
Hari semakin
sore, sudah adzan Ashar, Fira dan Lala bergegas ke masjid hendak sholat ashar.
Setelah sholat mereka akan mengaji bersama di masjid. Fira dan Lala sangat
senang mengaji di sore hari. Selain mendapatkan pelajaran mengenai baca
Al-Quran yang baik, dan mengetahui berbagai kisah nabi melalui yang selalu
diceritakan sebelum mulai mengaji Abi Boim. Abi Boim masih muda, masih 24 tahun
usianya, tapi ia masih menyempatkan waktu untuk mengajarkan anak-anak
ligkungannya untuk mengaji.
Sore
ini Abi Boim menceritakan kisah Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman adalah Raja yang
tangguh dan bijaksana, selain itu Nabi Sulaiman juga Rosul Allah. Nabi Sulaiman
diberi mukjizat untuk berbicara dengan hewan serta dapat mendengar apa yang
pada hewan katakan.
“Suatu
kita rombongan Nabi Sulaiman hendak melintasi suatu jalan.. kemudian Nabi Sulaiman
mendengar semut komando memerintahkan anak buahnya untuk masuk ke kandang,
karena Nabi Sulaiman akan lewat.. mendengar hal itu, Nabi Sulaiman
memerintahkan pasukannya untuk menahan diri melangkah, karena para semut belum
masuk ke sarangnya.. malah Nabi Sulaiman mengawasi langsung para semut memasuki
rumah mereka.
Kemudian
saat itu kekeringan, Nabi Sulaiman beserta rombongan akan datang ke lapangan
untuk berdoa pada Allah agar diberikan hujan, namun ditengah perjalanan Nabi
Sulaiman mendengar semut berdoa dengan tulus agar Allah memberikan hujan
ditengah kekeringan. Nabi Sulaiman dan rombongan menghentikan langkah, karena
doa semut telah dikabulkan oleh Allah. Jadi, nabi saja penyayang bintang, dan
tidak pernah membunuh binatang walau sekecil semut pun. Ayo siapa yang hari ini
menginjak semut, atau memukul semut?” pertanyaan Abi Boim seakan menjurus pada
Fira. Semua terdiam, sedangkan Lala melirik Fira yang sejak tadi menunduk.
“Jadi,
kita tidak boleh membunuh binatang ya?walaupun hanya semut sekalipun, karena
binatang juga ciptaan Allah SWT. Kita harus sayang dan berbagi pada semua
bintang, toh pencipta kita kan sama, siapa pencipta kita?” tanya Abi Noim
semangat.
“Allah
Subhana huwata’ala” jawab para murid serempak. Kemudian mereka melanjutkan
mengaji bersama.
***
Sepulang
mengaji, Fira segera menemui Bunda di dapur. Ternyata bunda sedang menghias
brownies yang dibuatnya dengan cream coklat.
“Bun,
ada brownies yang sudah bisa dimakan?” tanya Fira.
“Ada,
itu di meja, Nak..”
Fira
segera menuju meja, mengambil sepotong
brownies. Fira tak langsung melahap brownies
ditangannya. Sepotong brownies masih
ditangannya, Fira menuju taman dan sudut teras rumah. Fira mencari lubang
semut! Fira jadi malu dan merasa bersalah karena sempat membunuh semut tadi
siang, Fira juga malu sempat mendumal karena semut memakan brownies-nya di sekolah. Kali ini Fira akan meminta maaf pada para
semut, Fira meletakkan bongkahan demi bongkahan brownies yang telah dipotongnya. Diletakkannya potongan brownies itu disetiap lubang semut yang
ada di taman dan teras rumahnya. Fira janji tidak akan mengulangi kesalahannya
lagi.
Keesokkan
paginya, Fira kembali menengok bongkahan
brownies yang ia letakkan kemarin sore. Potongan brownies itu sudah tak ada, pasti sudah dibawa masuk oleh sang
semut. Fira melihat lubang-lubang semut dengan seksama, seekor semut
mengeluarkan kepalanya.. terlihat kumis di wajah semut bergoyang. “Hei semut,
maafkan kesalahanku kemarin ya! Kamu boleh menikmati brownies ternikmat buatan Bundaku..” bisik Fira pada sang semut.