Senin, 02 Desember 2013

Serius Pak? Ngundurin Diri Karena Kami Gak Upacara





            Pagi ini belum ada jarkoman. Biasanya memang ada sms dari sipen tentang kuliah di hari ini. Tapi pagi ini kosong, gak ada sms satupun. Hari ini rumah bakal rame. Jelang pernikahan si tertua. Katanya sih para tukang dekor akan datang menyiapkan segala hal yang diperlukan. Well tanpa panduan, tanpa rambu aku siap-siap mandi dan ke kampus pukul 06.30 WIB. Niatnya sih berangkat pagi supaya bisa ngeblog, nyelesain tugas riset, memperbaiki makalah gerontik dan mengedit makalah, naskah komunitas terpadu di perpustakaan. Saat diperjalanan, ada sms yang mengabarkan kuliah pukul 1 siang. Ya, rencana memang sudah banyak, tapi... sampe kampus.. terlihat almamater orange itu sedang berjejer, berdiri.
            “Tuh.. tuh anak reguler.. woi nanti kita upacara lagi..”
            Aku nyengir-nyengir aja, sambil deketin Lele. “Le, tau sendiri kan.. dari dulu itu Cuma gertakkan, nyuruh upacara lagi dilapangan tapi gak pernah dilakuin, dan gak pernah dihukum tuh..” ucapku santai.
            “Hahaha iya juga ya Rin..”
            Kami duduk-duduk di teras masjid. Sambil mengobrol, membicarakan judul KTI, dan lain sebagainya. Tak lama...
            Terlihat diujung kelas, Pak Kodri sudah mengajak para mahasiswa tingkat III untuk masuk kelas. Kami bergabung ke kelas A. Kami duduk, agak riuh, kemudian terdiam, ketika Dosen K masuk. Wajahnya yang putih kian memerah, alhamdulillah rambutnya tak ikut memerah.
            Beliau mulai bicara..
            “Kalian ini tingkat III, entah apa maksud kalian tidak menghadiri upacara, disini hanya 8 orang yang datang upacara (beliau menyebutkan nama). Entah karena sudah merasa hebat, merasa sudah mau lulus, merasa akan jadi sejawat di sana. Dosen saja upacara.. walaupun tidak lengkap..
            “Saya diamkan pertama, kedua, ketiga, kalian tetap beginii saja, tidak ada perubahan. Kalian saya hukum untuk berdiri 1 jam di depan bendera, membuat surat pernyataan diatas materai dan membersihkan toilet dosen, toilet masjid, toilet asrama putri asrama putra.”
            Kami yang memang sedang fokus melihat, tiba-tiba melotot, mulut menganga. “Bersihin toilet??” gak kebayang, ngeberishin toilet kampus, toilet dosen dan toilet asrama? Ah tidaaaak. Itu sama seperti kerja rodi saat diasrama duluuu :’(

            “Ada yang berkomentar? Hei kamu, kamu ini presiden Mahasiswa, kamu sendiri tidak upacara..” tutur dosen K kepada salah seorang mahasiswa.
            “Maaf Pak sebelumnya.. begini.. saya minggu kemarin sudah datang pagi mau ikut upacara, tapi ternyata gak upacara. Nah hari ini saya nunggu jarkoman dari teman-teman tentang info upacara, karena tak ada kabar jadi saya pikir hari ini gak upacara...” tutur Mahasiswa tersebut.
            “Bapak gak mau tau alasan kalian, kalian tau sendiri, jelas tertulis di jadwal, kalau hari ini ada jadwal UPACARA. Kenapa kalian gak ikut aturan? Lagian kalian kan akan kuliah? Yasudah begini saja.. kalau kalian gak mau ikut aturan yang telah dibuat Kaprodi, saya siap mundur dari jabatan Kaprodi. Bahkan kalau kalian mau, kalian bisa buat saya mundur dari jabatan dosen sekalipun. Kalian tinggal buat surat pernyataan yang menginginkan saya mundur, kemudian di tandatangani satu angkatan, pakai materai. Saya tunggu suratnya, lalu saya ajukan ke direktur. Dan kalian akan lihat saya mengucapkan Alhamdulillah untuk itu. tapi, kalau kalian masih ingin saya atur, masih ingin diatur oleh Kaprodi, kalian harus mengikuti hukuman itu. kecuali 8 orang yang ikut upacara tadi pagi, bagaimana?” Ungkap Dosen K penuh emosi.
            Kami yang daritadi memperhatikan bapak itu hanya terdiam. Terbengong. Tak habis pikir. Hanya karena upacara bendera pak.. mau ngundurin diri? Seakan dia tau ungkapa hati ini, si dosen lalu bilang..
            “Bukan maksud apa-apa saya begini, ini sebagai bentuk saya menjalankan amanah. Membuktikan bahwa saya sebagai Kaprodi ada kekuatan, dan jika kalian memang sudah tidak bisa diatur, saya angkat tangan dan saya siap mengundurkan diri jika kalian yang minta..” tutur dosen K lagi.
            Kami saling memandang. ‘duh gimana nih?’ sebagian berbisik-bisik. Kasih kode sama Presiden mahasiswa yang kebetulan mahasiswa Prodi keperawatan. “Ssst.. Ssst! Minta maaf..” bisik Sule, salah satu mahasiswa diujung kasih kode sama Rovi.
            Akhirnya Rovi bertutur lagi, dengan nada tegas dan bahasa penuh sopan santun. “Maaf Pak, begini.. saya mewakili mahasiswa angkata 27 Pak..”
            “Setuju diwakili oleh dia?”
            “Setujuuuu..” jawab kami bersamaan.
            “Begini Pak, sebelumnya kami minta maaf atas kejadian ini. Kamk sama sekali tidak terpikirkan untuk membuat bapak mengundurkan diri. Mungkin kami memang salah. Kami mencontoh anak tingkat III angkatan sebelumnya, karena tingkat III angkatan sebelumnya juga jarang upacara, karena berfokus pada tugas akhir. Tapi ternyata tahun ini beda. Dan tentang hukuman.. insyaAllah kami jalankan pak. Tapi sebelumnya pak, kami kan dihukun satu jam berdiri di tengah lapangan, ini sudah jam setengah 9, berarti nanti selesai pukul setengah 10 pagim kemudian kami membersihkan toilet.. kemudian terpotong sholat dzuhur, dan pada jam 1 kami sudah kontrak dosen ungtung ngajar Pak.. takutnya dosennya malah tidak bisa memberi materi pak..” tutur Rovi panjang lebar.
            “Baiklah kalau begitu.. hukuman saya per-ringan. Berdiri ditengah lapangan setengah jam saja, surat pertnyataan bermaterai 6000 tetap dilakukan, dan membersihkan toilet saya tiadakan..”
            “Alhamdulillah... “ jawab para mahasiswa senang. 

            “Silakan lakukan hukuman secepatnya..” kemudian kami mulai keluar kelas perlahan, baris dilapangan. Pukul setengah 9 pagi, ini mentari pagi yang sehat penuh vitamin D. Kami menjalaninya bukan penuh penyesalan, tapi dengan rasa senang. Entahlah? Mungkin karena dilakukan bersama. Well dosen K juga tidak memantau, ada seorang dosen lain, Bu Roh yang datang memantau, memberi absensi. Dan mengobrol bersama kami. Bu Roh mulai mewanti-wanti, untuk hati-hati disemester akhir ini banyak cobaannya.


            “Untuk yang bawa motor, hati-hati.. nanti kalau kalian jatuh fraktur.. kalian gak bisa dines, gak bisa ikut ujian. Untuk yang wanita.. jangan aneh-aneh.. jaga diri kalian masih-masing...” ucap bu Roh sambil menutupi silaunya mentari.
            Semester akhir. Ya, amat sayang kalau semester akhir justru hal-hal yang tak mengenakkan yang terjadi. Istilahnya bisul.. akan pecah pada waktunya. Tapi kalau bisul yang semakin gemuk tak pecah-pecah, gak lega jadinya. Ah analogi yang jorok ya*
            Untuk reguler sendiri, yang hadir hanya agung, acul, mira, mader, yesi, nanda, aku. Sedangkan kawan lain menyusul, sebagian ada yang ontheway, sebagian masih dikampung halaman. Selesai, kami bubar, dan kembali kerutinitas. Intinya.. rencana hari ini untuk semedi di perpustakaan tak terlaksana, sialnya itu karena Upacara Bendera. Well, terimakasih pak K. Mengajarkan kami Nasionalisme yang baik. Salam!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah menbaca tulisan saya, silakan tinggalkan komentar mari bersilaturahim :)