Sabtu, 02
Agustus 2014
Entah kenapa tiba-tiba malam ini
pingin aja posting cerita beginian. Ah aku akui, ini karena DP (Display Picture) dari seorang teman di
BBM. Foto seseorang dengan kain kafan, dengan wajah putih pucat seperti warna
kapur. Dengan PM (Profil Massage).. “Untuk Pelajaran Hidup”. Aku gak
coba tanya lagi sama yang punya akun BBM, yang jelas yang punya akun adalah
teman lelaki di kampus. Kenapa dengan DP itu? ah siapa yang gak kaget, ketika
di RU (Recent Update) ada foto
begituan.
Aku hanya diam memandang foto itu,
merinding. Kali ini aku beneran merinding, banyak teman yang pasang DP
Pocong-pocongan untuk lawak-lawakan dengan mata pocong yang melotot dan muka
cemongnya. Tapi DP yang kulihat kali ini, baru kali pertama aku lihat. Wajah
berbalut kafan itu memang putih seperti kapur merata dengan mata yang menutup.
Foto itu aku lihat tadi, malam ini, saat perjalanan pulang dari Rumah Nun ke
kediaman kami.
Memandang kembali lekat, kemudian
menutup Handphone dan memandang jalan sekitar. Pikiranku mengawang. Berkhayal,
pertanyaan terbang kemana-mana. Si Ninda yang sesekali mengajak bicara, tak ku
tanggapi. Aku hanya diam. Masih dengan pikiranku sendiri. Bagaimana dengan aku?
Jika sudah saatnya kafan itu membalut wajahku? Menutupi tubuhku? Aah sial.
Kenapa jadi berairmata beneran gini :’)
Tadi aku membayangi, dan memikirkan,
ketika sang pemutus nikmat itu menghampiriku. Bagaimana sakitnya? Bahkan Rasul
Allah saja tak tahan dengan sakitnya saat malaikat mencabut nyawa beliau,
padahal Rosulullah di cabut nyawa oleh malaikat dengan selembut-lembutnya.
Itupun masih sakit bak di cabut kulitnya. Lalu, bagaimana dengan aku? Umat yang
sangaaat jauuuh kurang dalam hal apapun. Lalai dan berlumur dosa. Ah :’)
Bagaimana cara malaikat pencabut
nyawa mencabut nyawaku dari ubun-ubun? Atau mencabut dari pangkal kaki? Akan
sangat sakitkah? Bagaimana setelahnya? Aku akan melihat tubuhku dimandikan oleh
kerabatku, kemudian melihat diri ini di kafani, kemudian diikat rapi. Di
istirahatkan di tengah ruangan dengan kain, kerabat ramai berdatangan, ah
apakah akan ramai? Aku harap. Aku harap kelak tak ada musuh diantara aku dan
kawan-kawan. Lalu selanjutnya.. aku akan dibawa ke pusara. Tanah merah, ya..
menjadi tempat terakhir jasadku istirahat. Setelah Allah memberikan berbagai
kenikmatan di dunia dengan sangat berlimpah, kemudian terputuslah.. terputuslah
nikmat itu... setelah datangnya
kematian.
Lalu, bagaimana dengan perbekalan
itu? apakah perbekalan sudah kusiapkan? Ya Robb. Aku sangat takut dengan
siksa-Mu. Takut. Aku menyadari, bahwa kematian tak mengenal tua, muda, kaya,
miskin, pangkat, atau apapun. Kematian bisa datang kapan saja. Engkau Maha Pemberi
Pembelajaran ya Robb. Tatkala ada beberapa kejadian di tahun ini, tentang
wafatnya beberapa teman yang masih muda tentunya, dengan sangat mendadak.
Seorang kakak kelas di SMA tiba-tiba di kabarkan meninggal karena tersengat
listrik, adik tingkat berbeda jurusan, masih sangat muda tiba-tiba kecelakaan
kemudian meninggal di tempat. Guru di SMA yang meninggal secara mendadak karena
sakit jantungnya setelah mengajar, beberapa minggu kemudian guru SMA ku kembali
meninggal mendadak setelah lari paginya.
Pembelajaran yang sangat mahal, bagi
kaum yang mau mengambil pelajaran dan hikmah dari tiap kejadian. Yang pasti
adalah kematian, tak selalu mengincar orang yang sudah tua, namun banyak pula
yang muda sudah pantas menuju kematian. Ini kembali tentang bagaiamana individu
menyikapi diri, mawas diri, dan berbenah. Sebagaimana beberapa hadis atau buku
yang pernah ku baca, bahwa ketika sudah mencapai alam kematian, sudah tak ada
lagi kesempatan untuk memperbaiki diri, perbaikan iman. Sudah terlambat
seutuhnya. Karena para manusia yang mendapat siksa kubur, selalu memohon agar
dikembalikan ke dunia untuk memperbaiki diri mereka. mereka berjanji akan
beriman seutuhnya pada Allah jika diberi kesempatan hidup di dunia kembali.
Tapi tak mempan, gak ngaruh. Manusia tersebut tak akan pernah kembali hidup ke
dunia. Ia akan merasakan apa yang telah mereka kerjakan baik-buruk sebesar debu
pun akan dihitung dan dibalas seadil-adilnya.
*Ssshh Zzzt* ah ngebayang lagi foto
nya. Merinding lagi. Ingat lagi. Kematian. Kamu bernafas? Setiap orang akan
merasakan itu, mati. Bahkan saat tidur malam yang sebentar lagi aku alami,
merupakan salah satu yang serupa dengan kematian. Oleh karenanya kita
dianjurkan berdoa sebaik-baiknya sebelum tidur, karena tak ada yang menjamin
untuk bangun di esok hari. Allah lah yang memberikan kita kesempatan untuk
terus merasakan nikmatnya yang tak terhingga.
Mati. Semoga Allah berikan rahmat
pada kita semua, semoga kita mati dalam keadaan islam yang kaffah, islam yang
khusnul khotimah. Aamiin. Pembaca, mari kita berusaha menggapainya :’)
Ya Allah, aku adalah hamba Mu yang
sangat penakut akan siksamu. Aku adalah Penakut ya Robb. Bimbinglah hamba,
tetapkan cahaya-Mu pada hidup dan kubur kami semua kelak. Aamiin :’)
23.42
WIB *galau yang mendalam*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah menbaca tulisan saya, silakan tinggalkan komentar mari bersilaturahim :)