Senin, 04 Agustus 2014

CERITA MALAM: KEMATIAN




Sabtu, 02 Agustus 2014

            Entah kenapa tiba-tiba malam ini pingin aja posting cerita beginian. Ah aku akui, ini karena DP (Display Picture) dari seorang teman di BBM. Foto seseorang dengan kain kafan, dengan wajah putih pucat seperti warna kapur. Dengan PM (Profil Massage).. “Untuk Pelajaran Hidup”. Aku gak coba tanya lagi sama yang punya akun BBM, yang jelas yang punya akun adalah teman lelaki di kampus. Kenapa dengan DP itu? ah siapa yang gak kaget, ketika di RU (Recent Update) ada foto begituan.
            Aku hanya diam memandang foto itu, merinding. Kali ini aku beneran merinding, banyak teman yang pasang DP Pocong-pocongan untuk lawak-lawakan dengan mata pocong yang melotot dan muka cemongnya. Tapi DP yang kulihat kali ini, baru kali pertama aku lihat. Wajah berbalut kafan itu memang putih seperti kapur merata dengan mata yang menutup. Foto itu aku lihat tadi, malam ini, saat perjalanan pulang dari Rumah Nun ke kediaman kami.
            Memandang kembali lekat, kemudian menutup Handphone dan memandang jalan sekitar. Pikiranku mengawang. Berkhayal, pertanyaan terbang kemana-mana. Si Ninda yang sesekali mengajak bicara, tak ku tanggapi. Aku hanya diam. Masih dengan pikiranku sendiri. Bagaimana dengan aku? Jika sudah saatnya kafan itu membalut wajahku? Menutupi tubuhku? Aah sial. Kenapa jadi berairmata beneran gini :’)
            Tadi aku membayangi, dan memikirkan, ketika sang pemutus nikmat itu menghampiriku. Bagaimana sakitnya? Bahkan Rasul Allah saja tak tahan dengan sakitnya saat malaikat mencabut nyawa beliau, padahal Rosulullah di cabut nyawa oleh malaikat dengan selembut-lembutnya. Itupun masih sakit bak di cabut kulitnya. Lalu, bagaimana dengan aku? Umat yang sangaaat jauuuh kurang dalam hal apapun. Lalai dan berlumur dosa. Ah :’)
            Bagaimana cara malaikat pencabut nyawa mencabut nyawaku dari ubun-ubun? Atau mencabut dari pangkal kaki? Akan sangat sakitkah? Bagaimana setelahnya? Aku akan melihat tubuhku dimandikan oleh kerabatku, kemudian melihat diri ini di kafani, kemudian diikat rapi. Di istirahatkan di tengah ruangan dengan kain, kerabat ramai berdatangan, ah apakah akan ramai? Aku harap. Aku harap kelak tak ada musuh diantara aku dan kawan-kawan. Lalu selanjutnya.. aku akan dibawa ke pusara. Tanah merah, ya.. menjadi tempat terakhir jasadku istirahat. Setelah Allah memberikan berbagai kenikmatan di dunia dengan sangat berlimpah, kemudian terputuslah.. terputuslah nikmat itu...  setelah datangnya kematian.

            Lalu, bagaimana dengan perbekalan itu? apakah perbekalan sudah kusiapkan? Ya Robb. Aku sangat takut dengan siksa-Mu. Takut. Aku menyadari, bahwa kematian tak mengenal tua, muda, kaya, miskin, pangkat, atau apapun. Kematian bisa datang kapan saja. Engkau Maha Pemberi Pembelajaran ya Robb. Tatkala ada beberapa kejadian di tahun ini, tentang wafatnya beberapa teman yang masih muda tentunya, dengan sangat mendadak. Seorang kakak kelas di SMA tiba-tiba di kabarkan meninggal karena tersengat listrik, adik tingkat berbeda jurusan, masih sangat muda tiba-tiba kecelakaan kemudian meninggal di tempat. Guru di SMA yang meninggal secara mendadak karena sakit jantungnya setelah mengajar, beberapa minggu kemudian guru SMA ku kembali meninggal mendadak setelah lari paginya.
            Pembelajaran yang sangat mahal, bagi kaum yang mau mengambil pelajaran dan hikmah dari tiap kejadian. Yang pasti adalah kematian, tak selalu mengincar orang yang sudah tua, namun banyak pula yang muda sudah pantas menuju kematian. Ini kembali tentang bagaiamana individu menyikapi diri, mawas diri, dan berbenah. Sebagaimana beberapa hadis atau buku yang pernah ku baca, bahwa ketika sudah mencapai alam kematian, sudah tak ada lagi kesempatan untuk memperbaiki diri, perbaikan iman. Sudah terlambat seutuhnya. Karena para manusia yang mendapat siksa kubur, selalu memohon agar dikembalikan ke dunia untuk memperbaiki diri mereka. mereka berjanji akan beriman seutuhnya pada Allah jika diberi kesempatan hidup di dunia kembali. Tapi tak mempan, gak ngaruh. Manusia tersebut tak akan pernah kembali hidup ke dunia. Ia akan merasakan apa yang telah mereka kerjakan baik-buruk sebesar debu pun akan dihitung dan dibalas seadil-adilnya.
            *Ssshh Zzzt* ah ngebayang lagi foto nya. Merinding lagi. Ingat lagi. Kematian. Kamu bernafas? Setiap orang akan merasakan itu, mati. Bahkan saat tidur malam yang sebentar lagi aku alami, merupakan salah satu yang serupa dengan kematian. Oleh karenanya kita dianjurkan berdoa sebaik-baiknya sebelum tidur, karena tak ada yang menjamin untuk bangun di esok hari. Allah lah yang memberikan kita kesempatan untuk terus merasakan nikmatnya yang tak terhingga.
            Mati. Semoga Allah berikan rahmat pada kita semua, semoga kita mati dalam keadaan islam yang kaffah, islam yang khusnul khotimah. Aamiin. Pembaca, mari kita berusaha menggapainya :’)
            Ya Allah, aku adalah hamba Mu yang sangat penakut akan siksamu. Aku adalah Penakut ya Robb. Bimbinglah hamba, tetapkan cahaya-Mu pada hidup dan kubur kami semua kelak. Aamiin :’)
           
23.42 WIB *galau yang mendalam*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah menbaca tulisan saya, silakan tinggalkan komentar mari bersilaturahim :)