dok. pribadi. foto bersama anak-anak suku Bajau dan kelompok Trip |
Pertengahan Juli 2017 lalu, aku
berkesempatan untuk liburan ke negara sebelah. Negara yang sangat dekat dengan
lokasi penempatan kerjaku, bahkan pulau yang ku tempati ini, sebagiannya adalah
negara lain. Negara Malaysia! Berhubung aku dan temanku sudah terlanjur membuat
Pasport, maka kami coba memanfaatkan pasport yang ada. Kami berlibur ke Sabah,
Malaysia.
Salah satu tempat yang kami datangi
adalah Samporna. Samporna adalah tempat rekreasi laut dan pulau yang sengaja
menjadi tempat pelancongan (wisata) bagi para turis dalam maupun luar negeri
Malaysia. Aku menyadari, bahwa alam laut Indonesia itu banyak sekali dan indah
banget ga kalah sama negara lainnya. Tapi kali ini aku ingin tahu mengenai
keunikan laut dan kepulauan negeri jiran ini. Yap, kami mengambil trip pulau di
Samporna.
dok. pribadi |
Salah satu tempat yang akan kami
datangi adalah Pulau Tatagan. Pulau Tatagan adalah pulau pertama yang kami
kunjungi. Guide Trip kami mengatakan, bahwa kita tidak boleh memberikan uang
sepeserpun pada mereka. Karena jika diberikan, uang kita satu kper pun akan
habis, karena mereka akan memanggil teman-temannya yang lain. Dan.. aku jadi
penasaran..
Melalui perjalnan kurang lebih 20
menit, sambil menikmati indahnya sinar matahari, cantiknya laut biru, merdunya
desiran ombak, dan wanginya aroma laut yang terbawa angin.. akhirnya kami
sampai di Pulau Tatagan. “Selamat Datang di Pulau Tatagan...” ucap guide kami
memberi salam, padahal kami belum sampai ke pulaunya langsung. Aku melihat di
sekitar dan kaget, Waaah, banyak sekali anak-anak dengan sampan kayu dan
dayungnya mendekati kami. Lalu ku lihat juga kapal wisatawan yang sudah datang
lebih awal di rubungi seperti di “kepung” oleh anak-anak itu.
dok. pribadi. anak-anak suku Bajau diatas sampan kayunya |
“Kak minta uang kak...” mereka
mengatakan itu dengan bahasa Bajau. Yap, mereka dalah anak-anak suku Bajau yang
tinggal di tengah laut Pulau Tatagan ini. Suku Bajau memang terkenal dengan
suku yanghidup menyendiri dan tinggal di lautan. Rumah kayu mereka terpancang
di dasar laut biru. Aktivitas mereka di atas rumah itu... ku lihat banyaknya
jemuran, bahkan alat masak diatas laut. Walaupun aku sendiri tidak tahu,
bagaimana mereka membeli bahan bakar, atau kebutuhan pokok lainnya sedangkan
pasar tidak ku lihat sejauh mata memandang.
dok. Rinta Wulandari. sebuah Kapal pendatang yang di "serbu" oleh anak-anak suku Bajau |
Sungguh, baru kali ini aku melihat
anak-anak Suku Bajau yang senag sekali meminta uang, mereka menyodorkan tangan
terbuka dan meminta uang kepada siapapun yang datang. Tapi kami tidak ada yang
memberikan. Karena sudah diberitahu para guide perjalanan. Akhirnya supaya para
anak itu tidak kecewa, guide prjalanan kami sudah menyiapkan snack ringan untuk
anak-anak Bajau itu supaya tidak kecewa. Dan mereka senang dapat snack yang
kami bawa, walau tak seberapa, setidaknya mereka tidak bertangan kosong di
kapal kami.
dok. pribadi. anak-anak suku Bajau di Kapal kami |
Mereka bukan anak Indonesia, namun
tidak bisa dipungkiri bahwa Suku Bajau dulu nya berasal dari Sulawesi, yang
kemudian berpindah tempat di Sabah, Malaysia. Anak-anak di Indonesia tidak
pernah ku temui seperti mereka. Aku pernah melihat anak laut, yang berenang
dibawah kapal, dan mengambil coin
dari pelempar diatasnya. Tapi itu tentu dengan menunjukkan kepiawaian mereka
berenang dan menunjukkan usaha mereka. Lain sisi di Trip yang sama, aku juga
menemukan anak suku Bajau di Pulau Labuan, pulau terakhir yang kami datangi..
mereka datang dengan tubuh yang kurang terurus, kulitnya legam karena matahari,
sembari menggendong adiknya dan sekelompok anak-anak itu mendekati kami.. dan
menengadahkan tangannya sambil bersuara dengan bahasa Bajau “Minta uang?” dan
kami hanya tersenyum pada mereka. Bukankarena tidak ingin memberi, tapi memang
kami diminta para guide trip untuk tidak membiasakan mereka menerima uang
secara cuma-cuma, yang kelak menjadi kebiasaan. Kebetulan salah satu guide kami merupakan orang Malaysia yang
juga punya keturunan Suku Bajau, dan ia paham dengan apa yang anak-anak itu
katakan. Ingin rasanya, lain waktu aku kesini lagi dan membawa satu atau dua
ransel buku bacaan anak-anak. Atau mengajarkan mereka membaca jika mereka belum
bisa membaca?
Bagaimanapun, anak-anak dimanapun
berada memiliki ciri dan sifat masing-masing. Apa yang membedakan? Lingkungan, kebiasaan
dan apa yang ia lihat sehari-hari menjadi contoh bagi dirinya. Lalu bagaimana
dengan anak Indonesia? Anak Indonesia itu Unik. Keduanya unik. Anak Indonesia
juga tumbuh dengan lingkungan, kebiasaan, dan apa yang ia lihat dalam kehidupan
sehari-hari kan? Anak Indonesia memiliki banyak suku. Dan tumbuh menjadi
peribadi unik masing-masing dalam setiap suku dan dengan bangga berbangsa
Indonesia. Selamat Hari Anak Nasional Untuk Anak-Anak Indonesia.
Rinta Wulandari
Pulau Sebatik, Kalimantan Utara
Border Indonesia-Malaysia
TEMA:
HARI ANAK NASIONAL SEBAGAI TUGAS KELAS MENULIS BLOG SERU #2
Seru banget pengalamannya ya
BalasHapusPengen kesana.... Huhu ngiler deh
BalasHapus