Jumat, 28 Juli 2017

Potret Anak Bajau di Jiran



dok. pribadi. foto bersama anak-anak suku Bajau dan kelompok Trip
            Pertengahan Juli 2017 lalu, aku berkesempatan untuk liburan ke negara sebelah. Negara yang sangat dekat dengan lokasi penempatan kerjaku, bahkan pulau yang ku tempati ini, sebagiannya adalah negara lain. Negara Malaysia! Berhubung aku dan temanku sudah terlanjur membuat Pasport, maka kami coba memanfaatkan pasport yang ada. Kami berlibur ke Sabah, Malaysia.

 
            Salah satu tempat yang kami datangi adalah Samporna. Samporna adalah tempat rekreasi laut dan pulau yang sengaja menjadi tempat pelancongan (wisata) bagi para turis dalam maupun luar negeri Malaysia. Aku menyadari, bahwa alam laut Indonesia itu banyak sekali dan indah banget ga kalah sama negara lainnya. Tapi kali ini aku ingin tahu mengenai keunikan laut dan kepulauan negeri jiran ini. Yap, kami mengambil trip pulau di Samporna. 
dok. pribadi

            Salah satu tempat yang akan kami datangi adalah Pulau Tatagan. Pulau Tatagan adalah pulau pertama yang kami kunjungi. Guide Trip kami mengatakan, bahwa kita tidak boleh memberikan uang sepeserpun pada mereka. Karena jika diberikan, uang kita satu kper pun akan habis, karena mereka akan memanggil teman-temannya yang lain. Dan.. aku jadi penasaran..
            Melalui perjalnan kurang lebih 20 menit, sambil menikmati indahnya sinar matahari, cantiknya laut biru, merdunya desiran ombak, dan wanginya aroma laut yang terbawa angin.. akhirnya kami sampai di Pulau Tatagan. “Selamat Datang di Pulau Tatagan...” ucap guide kami memberi salam, padahal kami belum sampai ke pulaunya langsung. Aku melihat di sekitar dan kaget, Waaah, banyak sekali anak-anak dengan sampan kayu dan dayungnya mendekati kami. Lalu ku lihat juga kapal wisatawan yang sudah datang lebih awal di rubungi seperti di “kepung” oleh anak-anak itu.
dok. pribadi. anak-anak suku Bajau diatas sampan kayunya

            “Kak minta uang kak...” mereka mengatakan itu dengan bahasa Bajau. Yap, mereka dalah anak-anak suku Bajau yang tinggal di tengah laut Pulau Tatagan ini. Suku Bajau memang terkenal dengan suku yanghidup menyendiri dan tinggal di lautan. Rumah kayu mereka terpancang di dasar laut biru. Aktivitas mereka di atas rumah itu... ku lihat banyaknya jemuran, bahkan alat masak diatas laut. Walaupun aku sendiri tidak tahu, bagaimana mereka membeli bahan bakar, atau kebutuhan pokok lainnya sedangkan pasar tidak ku lihat sejauh mata memandang. 
dok. Rinta Wulandari. sebuah Kapal pendatang yang di "serbu" oleh anak-anak suku Bajau

            Sungguh, baru kali ini aku melihat anak-anak Suku Bajau yang senag sekali meminta uang, mereka menyodorkan tangan terbuka dan meminta uang kepada siapapun yang datang. Tapi kami tidak ada yang memberikan. Karena sudah diberitahu para guide perjalanan. Akhirnya supaya para anak itu tidak kecewa, guide prjalanan kami sudah menyiapkan snack ringan untuk anak-anak Bajau itu supaya tidak kecewa. Dan mereka senang dapat snack yang kami bawa, walau tak seberapa, setidaknya mereka tidak bertangan kosong di kapal kami.
dok. pribadi. anak-anak suku Bajau di Kapal kami

            Mereka bukan anak Indonesia, namun tidak bisa dipungkiri bahwa Suku Bajau dulu nya berasal dari Sulawesi, yang kemudian berpindah tempat di Sabah, Malaysia. Anak-anak di Indonesia tidak pernah ku temui seperti mereka. Aku pernah melihat anak laut, yang berenang dibawah kapal, dan mengambil coin dari pelempar diatasnya. Tapi itu tentu dengan menunjukkan kepiawaian mereka berenang dan menunjukkan usaha mereka. Lain sisi di Trip yang sama, aku juga menemukan anak suku Bajau di Pulau Labuan, pulau terakhir yang kami datangi.. mereka datang dengan tubuh yang kurang terurus, kulitnya legam karena matahari, sembari menggendong adiknya dan sekelompok anak-anak itu mendekati kami.. dan menengadahkan tangannya sambil bersuara dengan bahasa Bajau “Minta uang?” dan kami hanya tersenyum pada mereka. Bukankarena tidak ingin memberi, tapi memang kami diminta para guide trip untuk tidak membiasakan mereka menerima uang secara cuma-cuma, yang kelak menjadi kebiasaan. Kebetulan salah satu guide kami merupakan orang Malaysia yang juga punya keturunan Suku Bajau, dan ia paham dengan apa yang anak-anak itu katakan. Ingin rasanya, lain waktu aku kesini lagi dan membawa satu atau dua ransel buku bacaan anak-anak. Atau mengajarkan mereka membaca jika mereka belum bisa membaca?
            Bagaimanapun, anak-anak dimanapun berada memiliki ciri dan sifat masing-masing. Apa yang membedakan? Lingkungan, kebiasaan dan apa yang ia lihat sehari-hari menjadi contoh bagi dirinya. Lalu bagaimana dengan anak Indonesia? Anak Indonesia itu Unik. Keduanya unik. Anak Indonesia juga tumbuh dengan lingkungan, kebiasaan, dan apa yang ia lihat dalam kehidupan sehari-hari kan? Anak Indonesia memiliki banyak suku. Dan tumbuh menjadi peribadi unik masing-masing dalam setiap suku dan dengan bangga berbangsa Indonesia. Selamat Hari Anak Nasional Untuk Anak-Anak Indonesia.
 
dok. pribadi. Swafoto bersama
Rinta Wulandari
Pulau Sebatik, Kalimantan Utara

Border Indonesia-Malaysia

 TEMA: HARI ANAK NASIONAL SEBAGAI TUGAS KELAS MENULIS BLOG SERU #2



2 komentar:

Terimakasih sudah menbaca tulisan saya, silakan tinggalkan komentar mari bersilaturahim :)