Rabu, 23 Desember 2020

My Caesarian Story (PART I)

 

06 Desember 2020

 

          Perjalanan baru di mulai. Tanggal 2 Desember 2020 adalah hari yang mendebarkan buatku, rasa campur aduk melingkupi jelang hari itu. Rasa deg-degan, takut, penasaran, stress, dan excited karena akan bertemu anak yang selama ini setia berada di rahimku. Fase demi fase kehamilan yang sudah ku jalani.

          Sebelumnya berbagai persiapan di lakukan. Mulai dari konsul spesialis. Konsul spesialis kandungan, konsul penyakit dalam, hingga konsul spesialis anestesi. Aku dijadwalkan untuk datang H-1 sebelum di rawat. Yaitu pada tanggal 1 Desember 2020. Karena aku harus menjalani proses transfusi darah dulu 1 kantung. Untuk persiapan operasi. Melakukan pendaftaran dan administrasi yang cukup melelahkan. Saat itu kehamilanku berusia 38 minggu 3 hari. Sedangkan saat aku di Caesar kehamilanku berusia 38 minggu 4 hari.

          Mulailah aku masuk ruang rawat inap. Sampai ruang rawat inap aku mandi dulu, mengganti baju. Tak lama perawat datang memasang infus di tangan kiri ku. Lalu malamnya perawat datang, mengajakku keruangan kebidanan untuk dilakukan CTG bayi. Perutku di kerat dan di tengahnya ada alat, sebelumnya perutku sudah di beri gel. Pemeriksaan cukup lama. Aku disuruh memencet tombol jika bayi ada gerakkan saat pemeriksaan itu. Sebagian perawat sudah mengetahui kalau aku adalah sejawatnya juga, perawat di salah satu rumah sakit juga.

          Setelah itu menurut bidan, dari hasil CTG janinku beberapa kali melakukan kontraksi. Lalu aku dilakukan pemeriksaan dalam. WHAT??? VT? Vagina Touch! Periksa dalam!! Ini yang dilakukan pada semua ibu yang akan melahirkan normal. Dulu aku sering melihat ibu yang akan melahirkan dilakukan hal ini, namun kali ini aku dong yang akan merasakan. Dan  bidan memakai sarung tangan. Melakukan Vagina Touch padaku. Rasanya? “Duuuh sakitnyaaaaa. Jari si bidan terasa nyakitin dan tajam banget pas masuk ke dalam. Dalam banget  rasanya!! Masih terbayang nyerinya. Dan ternyata aku sudah bukaan 1 dong. Lalu bidan memberikan aku obat anti nyeri via infus dan pil supossitoria (anti nyeri diberikan dari dubur)

H-1 persiapan operasi transfusi kolf 1. dokumentasi pribadi

          Setelah selesai pemeriksaan, aku kembali ke kamar. Jelang malam, aku dilakukan transfusi darah. Darah sebanyak 1 kantong, isi 197 cc yang akan masuk ke tubuhku. Ya.. untuk persiapan operasi, karena kadar Hemoglobinku rendah. Makin rendah karena sedang hamil ini. Ah hatiku berdebar menanti hari esok.. hmm

.

ESOK

2 Desember 2020

          Hari ini aku direncanakan operasi pada pukul 9 pagi. Paginya, aku diberikan antibiotic premedikasi dulu, berupa Ceftriaxone 1 gram. Via infus. Ah, tadinya mau di bolus langsung di pembuluh. Untungnya hanya drip saja. Setelah itu pukul setengah 10 pagi, barulah aku dibawa ke ruang persiapan operasi. Gimana rasanya? masyaAllah berdebar!! Sepanjang jalan ga henti aku beristighfar, minta tolong sama Allah sekaligus minta ampun. Ampun ya Allah. Aku takut ada apa-apa, aku juga merasa bahagia jika nanti hitungan jam bisa bertemu sama bayi, anugerah pernikahan dari Allah bagi kami.

          Baik, jadi aku di beri pakaian ganti. Pakaian khusus untuk ruangan operasi. Tidak ada penutup tangan, hanya penutup badan saja, tanpa ada lengan bajunya. Aku ikuti saja prosedurnya. Celana juga tidak dipakai lagi, hanya pakai selimut saja. Aku masuk ke ruangan yang dingin itu, selama perjalanan aku berkomunikasi pada perawat-perawat disana karena memang sesama medis aku cukup banyak mengetahui tentang prosedural operasi.

          Namun untuk operasi Caesar, aku hanya mengingat saat aku mahasiswa untuk proseduran sc ini. Jadi aku dipersiapakan. Pemasangan Cathether urine dilakukan setelah setengah bagian tubuhku dibius. Aku bersyukur karena tidak merasakan sakitnya di pasangi kateter. Dokter anastesi datang lebih awal. dr. Widjanarko namanya, beliau mengobrol denganku menanyakan beberapa dokter di rs tempatku bekerja yang juga aku kenal.

          Aku diminta untuk duduk di atas meja operasi itu, tentu dengan penerangan yang cukup terang dan suhu yang sangat dingin serba hijau. Aku disuruh duduk bersila memeluk bantal di dada. Punggungku diminta sedikit membungkuk. Lalu aku kaget..
          Tuts!  “Aw!” secara reflek aku menegakkan punggungku karena kaget. Lalu kata perawatnya, jangan tegak dulu bu. “Iya, iya, aku kaget tadi..” karena dokter mungkin lupa beri aba-aba.  Lalu tak lama… kedua kaki ku semutan… lalu melemah. Lemas. Dan aku diminta untuk langsung merebahkan badan biar reaksi biusnya merata. Aku meluruskan badan. Dan seketika aku lemah tak berdaya, dari pertengahan badan sampai kaki aku tidak merasakan apa-apa lagi. Hanya jika di sentuh terasa getaran saja seperti orang kesemutan, namun lama-lama tak terasa apapun. Tirai hijau di depan wajahku di tutup. Ada besi seperti untuk jendela menutupi. Dokter Nining, Sp.Og datang.. dan menghampiri aku. Ia bersama asistennya melakukan tindakan aku lupa nama dokternya siapa. Dokter Nining menyapa ku… “Bu Rinta ya? Kita mulai ya…”, “iya dok..” jawabku.

          Lalu entahlah apa yang mereka lakukan. Selama operasi aku sadar dan hanya melihat-lihat sekeliling. Melihat peralatan dan bagian-bagian di ruangan, sesekali aku mendengar percakanan kedua dokter saat melakukan koordinasi tindakan yang mereka lakukan, namun agak kurang jelas apa yang dibicarakan.

          Hampir 20 menit berlalu.. lalu agak terasa gerakan sedikit dalam perutku. Pertanda bayi sedang di keluarkan.  Perutku terasa bergetar.. “Lalu terdengar asisten dokter Nining bilang, “Vakum.. vakum..” lalu mungkin vakum di letakkan di kepala bayi ku. Kemudian Qadarallah alat vakum tidak berfungsi, sempat salah satu dokter itu menggerutu karena vakum tak berfungsi. Lalu perawat yang ada di kiri ku membantu mendorong perutku untuk bantu bayi keluar.

          Akhirnya bayi keluar. Di bawa lah bayi itu ke sisi tindakan. Anakkku di lakukan suction cairan di mulutnya, aku mendengar alat itu bekerja.  Tak lama terdengar sayup suara tangisan bayi, kemudian bayiku dibersihkan kembali cairan dimulutnya, lalu ia menangis dengan sangat kencang. Menangis khas bayi yang sehat. Dalam hatiku sangat bersyukur , “MasyaAllah, Alhamdulillah Alhamdulillah”.

dok. pribadi. aku dan suami beberapa hari jelang operasi caesar

          Mungkin saat prosesnya dokter kandungan ku sedang bergelut dengan pengeluaran plasenta yang ada di rahimku. Mungkin juga sedang membersihkan sesuatu yang ada di rahimku. Lalu tak lama seorang perawat di atas kepala ku memberikan aku obat di bawah lidah. Aku diminta untuk mengunyah obat itu. Obat yang tak memiliki rasa, aku seperti sedang makan kapur barus saat mengunyah obat itu. Aku hanya menurut. Aku tahu fungsi obat yang biasa diberikan di bawah lidah ini, yah aku menurut saja tentang prosesnya, pasti untuk kebaikan pasien juga.

Lalu......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah menbaca tulisan saya, silakan tinggalkan komentar mari bersilaturahim :)