Lalu tak lama seorang perawat di atas kepala ku memberikan aku obat di bawah lidah. Aku diminta untuk mengunyah obat itu. Obat yang tak memiliki rasa, aku seperti sedang makan kapur barus saat mengunyah obat itu. Aku hanya menurut. Aku tahu fungsi obat yang biasa diberikan di bawah lidah ini, yah aku menurut saja tentang prosesnya, pasti untuk kebaikan pasien juga.
Lalu tindakan mungkin selesai, karena semua tertutup tirai. Lalu aku dibersihkan. Lalu aku mulai merasakan mengigil hebat. Menggigil yang sangat kencang tak bisa berhenti. Tangan kanan ku tak bisa diam bergerak. Aku dipasangi infus baru di tangan kanan. Untuk pasang line infus baru. Aku sangat mengigil, dingin sekali… lalu tiba-tiba aku mual hebat..tanpa bisa ku tahan… aku muntah! Aku mengarahkan wajahku ke kanan. Aku muntah cairan pahit karena aku puasa sejak jam 1 pagi tadi. Aku muntah cukup banyak air-air kosong, perawat dengan sigap menadah muntahku. Aku mual lagi dan lagi… diperjalanan pun aku merasa ingin muntah. Aku mual banget lalu aku muntah-muntah. Aku sedang dalam pengaruh obat mungkin. Jadi aku lemas sekali bahkan kepala aku tak bisa mengangkat. Namun kondisi ku sadar ketika ditanya berbagai hal dengan perawat.
Aku merasa haus yang amat sangat. Saat itu aku tahu bahwa aku dipindah-pindahkan ke tempat tidur lain dengan alat. Ditarik sana-sini. Namun aku hanya pasrah saja. Aku kehausan. Aku melihat bahwa darah telah menggantung. Tanda bahwa aku sedang di transfusi darah lagi. Infus cairan penuh juga sedang masuk di tangan kiri ku. Aku dibebat dengan banyak selimut. Aku dipasangi pembalut ibu melahirkan. Double lalu dipasangi jarik dibentuk seperti popok. Aku hanya pasrah apapun yang dilakukan petugas perawat saat itu..
dok.pribadi. hari ke 2 pasca operasi. harus bisa duduk, kalo tidak ga akan ketemu bayi dan menyusui. karena bayi tidak boleh ke ruang perawatan ibu saat pandemi seperti ini
Aku kehausan, lalu ada perawat datang menghampiri. Dan memberi aku minum. “Tapi saya belum buang angin sus..”. “Engga papa kok mba, sekarang boleh minum tanpa nunggu buang angin..” lalu setelah minum air beberapa teguk. Aku kembali tertidur. Lelap. Aku ngantuk banget. Lalu aku tidur.. saat itu pukul 2 siang. Aku tidur cukup lama. Jam 4 sore aku terbangun. Kaki mulai bisa digerakkan pelan-pelan. Kata perawatnya mulai coba digerakkin kakinya bu... aku mulai menggerakkan kaki dan menekuknya. Alhamdulillah sudah mulai terasa dan bisa di tekuk. Namun rasa perih dan nyeri di perut bagian bawahku memang terasa sangat. Nyeriii. Aku tidak bisa gerakkan badanku. Hanya bisa berbaring lurus saja dan terlentang. Pukul 04 sore itu aku dibawa kembali ke ruang perawatan. Sebelumnya aku akan diganti pembalut dulu. Kemudian aku dibawa menggunakan tempat tidur dari ruang recovery room ke ruang rawat inap biasa. Dijalan aku masih lemas. Mata ku masih terpejam. Dan aku sampai ke ruanganku. Ruangan yang saat itu aku merasa sangat panas. Belum lagi ternyata ada pembangunan oleh tukang bangunan yang cukup buat bising. Saat itu aku merasa lapar sekali.
Ingin makan, lalu aku diberikan bubur sumsum dan gula merah saja. Cukuplah, Alhamdulillah saat itu aku langsung tersadar. Dan seketika tentu aku bertanya perihal anak ku. Anak yang baru aku lahirkan. Aku mau lihat fotonya. Lihat bagaimana kondisinya. MasyaAllah segala puji dan syukur dihaturkan hanya pada Allah Ta’ala. Anakku lahir sehat selamat. Badannya full terisi. Berat badannya 3.6kg dan panjangnya 49 cm. Tubuhnya tampak montok di incubator itu menggunakan pampers saja, badannya putih mulus, dan matanya terpejam. Ada pose mulutnya sedang digerak-gerakkan seperti dia haus. Namun aku tahu bahwa bayi baru lahir jika perutnya tidak diisi selama 24 jam tidak masalah karena lambungnya masih sekecil butiran jagung.
dok. pribadi. pumping ASI untuk Dinda. Asi perdana penuh colostrum. untuk kekebalan tubuh bayi baru lahir. walau sedikit, di syukuri.
Aku masih harus beristirahat. Tubuhku masih sulit digerakkan karena nyeri. Ibuku yang menungguiku terpaksa tidur di kursi ya karena badanku masih kaku dan ga bisa digerakkan. Terasa nyeri yang amat sangat jika dipaksa gerakkan. Sedangkan selang kencing kateter masih terpasang padaku. Aku belum siap jika harus bulak balik ke kamar mandi dengan kondisi begini huhu.
Esoknya selang kencing harus dilepas. Takut infeksi saluran kemih katanya. Terus aku harus mobilisasi. Tidak boleh kaku saja di tempat tidur. Aku minta agar perawat membantu aku membersihkan tubuh, terutama dari darah pasca bersalin ini. Ternyata di RS ini hal itu tidak dilakukan oleh perawat, melainkan oleh care giver. Ya beda lagi, waaah ternyataaa membayangkan kalau di RS ku semua perawat harus memiliki skill bisa memandikan pasien di tempat tidur. Baik perawat baru maupun perawat lama. Namun disini enak banget care giver yang kerjakan. Hmmm. Tapi yaa tentu beda jika pekarya atau care giver yang melakukan tindakan pembersihan.
Mana pekarya itu kan mau ganti sepray
tempat tidur. Eh dia ga bisa melakukan jika pasien ada di tempat tidur, aku
harus duduk di kursi dulu doong. Dan aku kesakitan banget. Harus dipaksakan
bisa duduk kalo ga sepray tempat tidur ku ga bisa diganti oleh petugas. Fiuh.
Aku menahan sakit yang amat sangat. Mau nangis. Tapi harus di kuat-kuati.
Akhirnya aku bisa walau tahan nyeri.
dok. pribadi. inilah buah hati pertama ku, i love her so much
Bagaimana dengan bayiku? Ya hari ini belum ketemu bayi ku sama sekali. Jadi aku mau bertemu bayi pukul 10 ini. Karena bayiku sama sekali belum di beri apapun. Karena untuk ASI saja yang diberikan pada bayi yang baru lahir, Aku dicarikan kursi roda oleh ibu Asma, ia adalah sepupu mama ku yang bekerja sebagai perawat di poli anak. Aku naik kursi roda dengan di dorong bersama saudaraku Ibu Asma. Aku sampai di ruang bayi baru lahir di lantai 6.
Hanya boleh aku yang masuk ruang menyusui. Lalu anakku diberikan pada ku untuk disusui. Awalnya terasa waswas. Apakah asi ku ada? Kata perawatnya “Gausah di pikirin mam. Yang penting di susuin dulu anaknya ya. Nanti juga keluar sendiri ASI nya..”
dok. pribadi. moment saat aku perkenalkan anakku ke para sahabatku. mereka excited sekali melihat wajah ponakannya :D
MasyaAllah. Tatapan pertama ku melihat anakku secara langsung, menggendongnya hilanglah semua perih diperut ini. Tubuh bayi ku bisa ku gendong dengan mantap dan melupakan nyeri yang ada di perut bagian bawahku. Anakku tampak tenang. Wajahnya teduh, wajahnya memerah semu. Bibirnya tipis dan bewarna pink. Melihat wajahnya. Ia melihat wajahku walau dengan masker. Tanpa henti dia menatapku. Ya.. aku ibumu, Nak. MasyaAllah.. akhirnya kita berjumpa ya sayang…
Alhamdulillah anakku sangat pandai
dalam menyusui. Tumbuh sehat baik dan pandai ya sayangku.. Adinda Namira Putri
Shaqeena, yang maknanya "Si Kesayangan, anak dari Mubin dan Rinta Putri yang rajin, ulet, pandai dan bahagia"
dok. pribadi. saat Adinda sudah boleh pulang. bersama ayah tercintaa :)
08 Desember 2020
Pukul 16.59
Adinda masih di RS, karena harus di observasi dulu.
Doakan ia segera pulang dengan sehat yaa pembaca.
.
Tanggal 9 Desember 2020 sore hari, tepat saat libur karena pilkada. Adinda diperbolehkan pulang oleh dokter anak karena dari hasil pemeriksaan Dinda tidak ada kelainan di kakinya. tadinya kaki Dinda ada bengkak, khawatir ada sumbatan pembuluh darah (DVT). Sudah di scanning di RSCM Kencana, Alhamdulillah tidak ada kelainan.