Kamis, 06 Juni 2019

LEBARAN PERAWAT




                Kumandang Takbir bergema. Malam itu malam idul Fitri.. terdengar anak-anak keliling menggemakan takbir. Dengan bedug khasnya. Aku keluar kamar Kos dengan pakaian putih-putih. Pakai jaket dan ransel, kemudian jalan kaki menuju Rumah Sakit. Suasana orang berjualan sudah tidak ada, mungkin semua orang sudah Mudik ke kampung halaman masing-masing. Di persimpangan jalan terdengar sayup takbir dari masjid dan anak muda berkeliling dengan takbirnya. Di atas sana sekilas terlihat kembang api menghiasi langit Jakarta.
 
dok. pribadi. Selamat berlebaran. mohon maaf lahir dan bathin. sehat selalu yaaa :)
                Melewati rumah-rumah warga di sudut gang sempit ibukota, tercium aroma opor dari ruangan yang terbuka. Aku mencium aroma opor sambil tersenyum.. di rumah yang satu lagi terlihat ibu-ibu sedang mengisi anyam ketupat dengan beras seperempat genggam. Sambil tersenyum aku berucap dalam hati, “Lebaran tahun ini di rantau lagi…” Memasuki gedung Rumah Sakit tempatku bekerja. Suasana biasa saja. Ruangan sejuk tanpa bau obat. Malam itu terlihat agak senggang. Sebagian petugas libur, namun petugas lain seperti security, petugas kebersihan, perawat jaga, dokter jaga standby di Rumah sakit untuk berjaga dan melayani pasien sakit.
                Naik ke lift rumah sakit menuju lantai 7A,  ruangan tempatku bekerja.
Semua seperti biasa saja, sama. Ada perawat yang bertugas di shift sebelumnya sibuk menulis dokumentasi, atau bergerilya keliling ruangan pasien yang dirawat untuk melakukan tindakan perawatan serta pemberian obat rutin. Pasien dengan kesulurahan memiliki sakit yang sama.. stroke. Dengan berbagai tingkat keparahan. Di waktu yang senggang kadang kami bertutur cerita bagaimana lebaran kali ini.. bagi perawat perantau mungkin tiap lebarannya akan lebih tak terasa. Ya, tak terasa.. jika ini lebaran. Karena semua terkesan biasa saja sama seperti hari-hari biasa.
dok. pribadi. suasana jaga malam saat malam takbiran di Nurse station Rumah sakit

                Pasien dengan segala keluhan, kenaikan dan penurunan kondisi tetap harus di pantau. Begitupun keluarga pasien yang menunggui saudaranya yang sakit, pun mungkin tak merasakan hari raya kali ini. Sedih jangan ditanya, apalagi dengan gencarnya social media. Social media mana yang tidak posting tentang hari raya di akunnya? Seluruh akun sosmed secara serempak memposting kebersamaan keluarga mereka saat idul fitri. Dengan seragam yang sama berfoto dengan keluarga besar. Atau keluarga baru yang baru menikah berfoto mesra dengan pasangan, atau foto bersama dengan anak pertama yang mungil lucu dalam gendongan, itulah realnya lebaran di Indonesia. Lebaran dengan seyum dan kebersamaan. MUDIK menjadi aktivitas tahunan, seperti arti singkatannya yakni Menjalin Ukuwah Dalam Ikatan Keluarga.
                Apadaya, aku sebagai perawat harus menerima kenyataan bahwa tugas ini harus tetap dijalankan. Lagi-lagi tak mudik mungkin suatu hal semnetara, yang kelak jika waktunya tiba kita akan mudik juga berkumpul bersama keluarga. Memang waktu tak bisa di tukar, apalagi di putar. Kata orang moment itu amat berharga yang mungkin tak kan terjadi lagi. Betul, itu pasti. Namun apa jadinya kalau perawat memilih untuk mudik semua? Bagaimana pasien yang sakit? Tentu semua pasien yang sakit ingin sekali sembuh sebelum lebaran supaya bisa lebaran di rumah. Atau orang mungkin bisa memilih untuk tidak sakit atau tidak kambuh sakitnya saat lebaran atau hari besar tiba? Namun sayangnya itu tidak bisa, ketika kita tahu bahwa sakit tak kenal waktu. Dia bisa kambuh kapan saja, jika petugas penolongnya tidak ada, bagaimana bisa pasien diselamatkan dengan tepat? Jadi ya ini menjadi tugas dan tanggungjawab bagi profesi perawat. Apapun resikonya, dan inilah kenyataannya. Apa yang harus dimiliki lagi? Hati yang besar dan jiwa yang tulus ikhlas. Itu.
                Sering kali telpon berdering, chat masuk dari banyak orang yang mengucapkan selamat hari raya idul fitri. Namun perawat hanya bisa melihat dan mungkin membalas jika waktu senggang. Berusaha memberi emote-icon senyum padahal kenyataannya tidak sedang senyum. Berusaha tenang padahal sedang dalam pelayanan hectic pada pasien. Keluarga yang baik adalah keluarga yang mengikhlaskan anaknya tugas, tidak mudik untuk sementara karena pekerjaannya di bidang jasa ini. Untungnya semua perawat memiliki keluarga semacam ini. Ku pikir.
                Selamat berlebaran wahai perawat. Tindakan kecil yang kau lakukan sangat bermakna bagi pasien sakit. Waktu yang harusnya kau isi dengan kebersamaan dengan keluarga, harus ikhlas digunakan bersama pasien sakit untuk beri pelayanan. Ini akan menjadi indah, karena banyak malaikan mencatat amalmu jika dirimu ikhlas. Menengok orang sakit memiliki keutamaan tersendiri, apalagi menengok dan memberi pelayanan kepada mereka yang sakit. Malaikat catat banyak lagi amalmu. Jangan khawatir… keluarga mu pasti mengerti. Waktu akan berlalu. Tapi dirimu akan tetap dinanti keluarga besarmu.. kapan pun di waktu yang tepat. Selamat berlebaran Nurse!

Lebaran hari kedua
6 Juni 2019
2 Syawal 1440 Hijriah
Cawang, Jakarta Timur
Dari Perawat Stroke Ward
Yang tidak Mudik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah menbaca tulisan saya, silakan tinggalkan komentar mari bersilaturahim :)