Pagi
ini belum ada jarkoman. Biasanya memang ada sms dari sipen tentang kuliah di
hari ini. Tapi pagi ini kosong, gak ada sms satupun. Hari ini rumah bakal rame.
Jelang pernikahan si tertua. Katanya sih para tukang dekor akan datang
menyiapkan segala hal yang diperlukan. Well tanpa panduan, tanpa rambu aku
siap-siap mandi dan ke kampus pukul 06.30 WIB. Niatnya sih berangkat pagi
supaya bisa ngeblog, nyelesain tugas riset, memperbaiki makalah gerontik dan
mengedit makalah, naskah komunitas terpadu di perpustakaan. Saat diperjalanan,
ada sms yang mengabarkan kuliah pukul 1 siang. Ya, rencana memang sudah banyak,
tapi... sampe kampus.. terlihat almamater orange itu sedang berjejer, berdiri.
“Tuh..
tuh anak reguler.. woi nanti kita upacara lagi..”
Aku
nyengir-nyengir aja, sambil deketin Lele. “Le, tau sendiri kan.. dari dulu itu Cuma
gertakkan, nyuruh upacara lagi dilapangan tapi gak pernah dilakuin, dan gak
pernah dihukum tuh..” ucapku santai.
“Hahaha
iya juga ya Rin..”
Kami
duduk-duduk di teras masjid. Sambil mengobrol, membicarakan judul KTI, dan lain
sebagainya. Tak lama...
Terlihat
diujung kelas, Pak Kodri sudah mengajak para mahasiswa tingkat III untuk masuk
kelas. Kami bergabung ke kelas A. Kami duduk, agak riuh, kemudian terdiam,
ketika Dosen K masuk. Wajahnya yang putih kian memerah, alhamdulillah rambutnya
tak ikut memerah.
Beliau
mulai bicara..
“Kalian
ini tingkat III, entah apa maksud kalian tidak menghadiri upacara, disini hanya
8 orang yang datang upacara (beliau menyebutkan nama). Entah karena sudah
merasa hebat, merasa sudah mau lulus, merasa akan jadi sejawat di sana. Dosen
saja upacara.. walaupun tidak lengkap..
“Saya
diamkan pertama, kedua, ketiga, kalian tetap beginii saja, tidak ada perubahan.
Kalian saya hukum untuk berdiri 1 jam di depan bendera, membuat surat
pernyataan diatas materai dan membersihkan toilet dosen, toilet masjid, toilet
asrama putri asrama putra.”
Kami
yang memang sedang fokus melihat, tiba-tiba melotot, mulut menganga. “Bersihin
toilet??” gak kebayang, ngeberishin toilet kampus, toilet dosen dan toilet
asrama? Ah tidaaaak. Itu sama seperti kerja rodi saat diasrama duluuu :’(
“Ada
yang berkomentar? Hei kamu, kamu ini presiden Mahasiswa, kamu sendiri tidak
upacara..” tutur dosen K kepada salah seorang mahasiswa.
“Maaf
Pak sebelumnya.. begini.. saya minggu kemarin sudah datang pagi mau ikut
upacara, tapi ternyata gak upacara. Nah hari ini saya nunggu jarkoman dari
teman-teman tentang info upacara, karena tak ada kabar jadi saya pikir hari ini
gak upacara...” tutur Mahasiswa tersebut.
“Bapak
gak mau tau alasan kalian, kalian tau sendiri, jelas tertulis di jadwal, kalau
hari ini ada jadwal UPACARA. Kenapa kalian gak ikut aturan? Lagian kalian kan
akan kuliah? Yasudah begini saja.. kalau kalian gak mau ikut aturan yang telah
dibuat Kaprodi, saya siap mundur dari jabatan Kaprodi. Bahkan kalau kalian mau,
kalian bisa buat saya mundur dari jabatan dosen sekalipun. Kalian tinggal buat
surat pernyataan yang menginginkan saya mundur, kemudian di tandatangani satu
angkatan, pakai materai. Saya tunggu suratnya, lalu saya ajukan ke direktur. Dan
kalian akan lihat saya mengucapkan Alhamdulillah untuk itu. tapi, kalau kalian
masih ingin saya atur, masih ingin diatur oleh Kaprodi, kalian harus mengikuti
hukuman itu. kecuali 8 orang yang ikut upacara tadi pagi, bagaimana?” Ungkap Dosen
K penuh emosi.
Kami
yang daritadi memperhatikan bapak itu hanya terdiam. Terbengong. Tak habis
pikir. Hanya karena upacara bendera pak.. mau ngundurin diri? Seakan dia tau
ungkapa hati ini, si dosen lalu bilang..
“Bukan
maksud apa-apa saya begini, ini sebagai bentuk saya menjalankan amanah. Membuktikan
bahwa saya sebagai Kaprodi ada kekuatan, dan jika kalian memang sudah tidak
bisa diatur, saya angkat tangan dan saya siap mengundurkan diri jika kalian
yang minta..” tutur dosen K lagi.
Kami
saling memandang. ‘duh gimana nih?’ sebagian berbisik-bisik. Kasih kode sama
Presiden mahasiswa yang kebetulan mahasiswa Prodi keperawatan. “Ssst.. Ssst! Minta
maaf..” bisik Sule, salah satu mahasiswa diujung kasih kode sama Rovi.
Akhirnya
Rovi bertutur lagi, dengan nada tegas dan bahasa penuh sopan santun. “Maaf Pak,
begini.. saya mewakili mahasiswa angkata 27 Pak..”
“Setuju
diwakili oleh dia?”
“Setujuuuu..”
jawab kami bersamaan.
“Begini
Pak, sebelumnya kami minta maaf atas kejadian ini. Kamk sama sekali tidak
terpikirkan untuk membuat bapak mengundurkan diri. Mungkin kami memang salah. Kami
mencontoh anak tingkat III angkatan sebelumnya, karena tingkat III angkatan
sebelumnya juga jarang upacara, karena berfokus pada tugas akhir. Tapi ternyata
tahun ini beda. Dan tentang hukuman.. insyaAllah kami jalankan pak. Tapi
sebelumnya pak, kami kan dihukun satu jam berdiri di tengah lapangan, ini sudah
jam setengah 9, berarti nanti selesai pukul setengah 10 pagim kemudian kami
membersihkan toilet.. kemudian terpotong sholat dzuhur, dan pada jam 1 kami
sudah kontrak dosen ungtung ngajar Pak.. takutnya dosennya malah tidak bisa
memberi materi pak..” tutur Rovi panjang lebar.
“Baiklah
kalau begitu.. hukuman saya per-ringan. Berdiri ditengah lapangan setengah jam
saja, surat pertnyataan bermaterai 6000 tetap dilakukan, dan membersihkan
toilet saya tiadakan..”
“Alhamdulillah...
“ jawab para mahasiswa senang.
“Silakan
lakukan hukuman secepatnya..” kemudian kami mulai keluar kelas perlahan, baris
dilapangan. Pukul setengah 9 pagi, ini mentari pagi yang sehat penuh vitamin D.
Kami menjalaninya bukan penuh penyesalan, tapi dengan rasa senang. Entahlah? Mungkin
karena dilakukan bersama. Well dosen K juga tidak memantau, ada seorang dosen
lain, Bu Roh yang datang memantau, memberi absensi. Dan mengobrol bersama kami.
Bu Roh mulai mewanti-wanti, untuk hati-hati disemester akhir ini banyak
cobaannya.
“Untuk
yang bawa motor, hati-hati.. nanti kalau kalian jatuh fraktur.. kalian gak bisa
dines, gak bisa ikut ujian. Untuk yang wanita.. jangan aneh-aneh.. jaga diri
kalian masih-masing...” ucap bu Roh sambil menutupi silaunya mentari.
Semester
akhir. Ya, amat sayang kalau semester akhir justru hal-hal yang tak mengenakkan
yang terjadi. Istilahnya bisul.. akan pecah pada waktunya. Tapi kalau bisul
yang semakin gemuk tak pecah-pecah, gak lega jadinya. Ah analogi yang jorok ya*
Untuk
reguler sendiri, yang hadir hanya agung, acul, mira, mader, yesi, nanda, aku. Sedangkan
kawan lain menyusul, sebagian ada yang ontheway, sebagian masih dikampung
halaman. Selesai, kami bubar, dan kembali kerutinitas. Intinya.. rencana hari
ini untuk semedi di perpustakaan tak terlaksana, sialnya itu karena Upacara
Bendera. Well, terimakasih pak K. Mengajarkan kami Nasionalisme yang baik.
Salam!