Minggu, 17 Januari 2016

Pencarian Pasien Perdana di Pulau Sebatik




31 Desember 2015

            Berorganisasi adalah caraku ntuk mempelajari hal lain yang tak diajarkan dibangku sekolah maupun kuliah. Berorganisasi membuat kita saling mengenal. Banyak orang. Berorganisasi juga melatih diri bertanggungjawab. Sejak di Lampung, bahkan sejak saat aku masih berstatus perawat ruang anak di rumah sakit provinsi Lampung. Hingga kini, lokasi kerja berubah, lingkungan berbeda dan rekan organisasi tak ada, aku berusaha tetap istiqamah dalam organisasi yang menurutku baik untuk kebaikan, serta memberi manfaat.
            #SedekahRombongan adalah organisasi itu.  Organisasi yang konsen menolong dhuafa dengan bantuan sedekah.. dhuafa sakit, sebatang kara, memnuhi kebutuhan sekolah anak yang tak mampu, bakti sosial, hingga mendampingi pasien berobat adalah tugas organisasi ini. Organisasi yang sudah milad ke 4, hingga tahun ini jelang usianya yang ke lima, tetap eksis menolong dhuafa. Tim yang solid, kepercayaan sedekah kholic di tampilkan via soseial media.. fb, twitter, instagram.. sebagai media bukti bahwa sedekah telah disampaikan pada orang yang tepat disaat yang tepat. Maka tak heran jika ‘kurir’.. penyampai sedekah di tiap daerah, harus jauuuh ke pelosok negeri untuk menemui pasien, memberikan bantuan, atau menjemput pasien untuk berobat ke Rumah Sakit.


            Oke, ini adalah pengujung tahun 2015. Aku berkoordinasi dengan salah satu perawat puskesmas Aji Kuning tempat aku bekerja. Darinya ku  dapati informasi tentang seorang kakek renta, sebatang kara yang sakit-sakitan. Dari informasinya itu.. pergilah kami ke tempat si kakek. Alhamdulillah, Kak Jum..  mau mengantarku hingga ketempat si kakek untuk sedikit mngobrol dan mendapati data-data tentang si kakek. Ya, di sedekah rombongan sangat simpel untuk mengajukan dana.. tanpa berbelit. Namun tentu ada aturan yang harus di kerjakan oleh tiap kurirnya; mengisi data pasien+foto, lalu dana di transfer ke rekening kita, lalu kurir wajib membuat laporan telah di donasikan+foto dengan template #SR yang sudah ada, sebagai bukti donasi.
            Wilayah Pulau Sebatik, Kalimantan Utara.. dengan kontur daerah yang berbukit-bukit. Jarak tiap rumah jauh-jauh. Menuju Desa Sungai Limau harus dengan hati yang sabar. Telebih ketika memasuki kawasan kebun sawit tempat si bapak calon pasien tinggal. Kami menuruni perbukitan dengan jalan setapak yang semoit belum beraspal.. kanan kiri adalah kebun coklat, kepala juga harus menunduk karena terhalang cabang pohon coklat, beberapa titik juga jalan sangat sempit, lalu kirinya adalah jurang penuh rumput. Kalau yang bawa motor ndak tau medan.. aku yakin bakal jatuh ini :”) karena ini adalah jalan yang pertama kali aku lewati, maka tak heran dalam hatiku terus melafadzkan dzikir.. aku takut terjadi apa-apa. ah dzikir sekedar mengucap “Astaghfirullah” berulang-ulang memang membuat hati tenang. Perjalanan seperti itu kami lalui hingga 15 menit lamanya. Bukan waktu yang singkat, duduk di belakang kemudi motor dengan pergerakan nonstop, kemiringan motor, serta kanan-kiri beraneka ragam, bahkan jurang.


            Namun Alhamdulillah kami sampai dengan selamat ditempat si bapak. Aku sangat kaget melihat kondisi rumahnya. Kecil. Lebih kecil dari gardu siskamling yang biasa ada di kompleks perumahan. Sangat kecil, hanya sepetak saja. rumah panggung yang berada di pinggiran tebing ditengah kemiringan. Si kakek ternyata sedang tiduran dibawah rumah panggungnya. Melihat kondisi kakek yang kurus, bungkuk, mungkin karena osteoporosisnya, lalu kondisi rambut yang tak terurus. Namun si kakek masih sangat bisa diajak komunikasi. Ia menjelaskan berbagai hal tentang dirinya.. sambil terbata.. mungkin karena ia agak segan melihat adanya orang baru. Aku berusaha lebih mnegakrabkan diri, banyak tersenyum, agar si kakek tak segan denganku. Sedangkan Kak Jum, Alhamdulillah, sering mengartikan maksudku bicara dengan bahasa Bugisnya.

            Jadi si kakek adalah bapak sebatang kara. Dulunya ia mempunyai istri dan dua orang anak. Namun setelah bercerai istri dan anak-anaknya pergi ke Makassar dan tak kembali. Sedangkan si kakek tetap memilih tinggal di Pulau Sebatik walaupun tanpa keluarga sama sekali. Si Kakek juga memiliki sakit PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) yang sudah bertahun-tahun dirasakan. Beliau pernah sakit TBC sampai drop-out pengobatan. Tidak di kontrol lagi, karena akses menuju puskesmas yang sulit. Sampai sering sesak jika hujan dan kecapekan. Sesak atau kondisi yang drop ini sering dinamai warga sebagai ampus.

            Setelah data kuterima, dan foto kudapatkan. Aku pulang. Dengan perjuangan pulang yang sama. Lalu beberapa pesanku untuk kakek aku sampaikan.. aga mencukur rambutnya hingga rapi, merapikan rumah, berhenti merokok, membersihkan tubuh tiap hari dan membersihkan area rumah. Kakek ini tetap berjuang hidup dengan menggarap kebun orang dan mendapat hasil dari bagi hasil.
            Bagiku, ini adalah salah satu cara untuk konsisten dalam organisasi ini. ketika kita punya wahana untuk membantu dan bermanfaat, kenapa tidak kita jalankan? Justru ini adalah kesempatan : )
***
Sebatik Tengah, Kalimantan Utara, 9 Januari 2016
            Dana sesuai pengajuan sudah ada. kini saatnya aku dan kak Jum membeli berbagai barang kebutuhan pokok pasien kami. maklum akses sangat jauh, bahkan menuju pasar pun sulit. Jadi kami memberikan berupakan bahan kebutuhan pokok, baju, serta obat-obatan.  Kami menuju Desa Sungai Nyamuk.. disana lebih banyak pilihan barang, disana lumayan ramai pasar. Berkardus-kardus kebutuhan pokok siap kami angkut dengan motor matic kak Jum. 

Di awal perjalanan menuju Desa Sungai Nyamuk, aku yang membawa motor.. karena Kak Jum harus persiapan tenaga untuk bawa motor dengan barang yang banyak nanti. Hehe *piss. Menuju Desa sungai nyamuk, yang perjalanannya cukup jauh. Kontur berbukit-bukit namun sudah beraspal, belum lagi jika ada lubang.. nah harus waspada dengan kondisi jalan yang seperti ini.  Minyak goreng, gula, garam, telur, mi instan, obat-obatan, dll sudah kami packing di dalam kardus.

            Perjuangannya sama menuju kerumah beliau. Sulit, akses susah, hehe. Tapi kami tetap semangat dong. Kan tinggal menyalurkan hak beliau : ) sampai disana.. aku melihat rumah yang sama.. namun lebih berbeda.. ada jagung-jagung yang sedang beliau jemur. Sampai sana.. Kakek yang kami cari tak ada. namun kata tetangga yang turut membantu bawa barang kami, akan menjemput si kakek. Tak lama pak mamin datang dengan terengah-engah, tanpa sandal. Kami diam kan beliau sejenak, agar tak sesak semakin parah. Lalu mulai kami tanya-tanya tentang kesehariannya lagi. Hei. Kali ini beliau lebih rapi. Rambutnya sudah rapi di cukur. Waah  : )


            Donasi kami berikan. Alhamdulillah. Semoga bermanfaat ya Kakek : ) eh pulangnya, kami di berikan satu bungkus jagung segar baru dipetik untuk kami, dari si Kakek. Waah tak kuasa menolak, akhirnya aku terima. Makasih kakek, jagungnyaa : )

cari tau ttg sedekahrombongan di www.sedekahrombongan.com  kurir #SRLampung : )

2 komentar:

  1. Masya Allah pengalamanmu Rinta, sukses ya, jaga kesehatan, jangan telat makan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. haloo mbak naqiii. hehe iya mbak,, makasih ya mbak.. InsyaAllah aku disini jaga kesehatan :)

      Hapus

Terimakasih sudah menbaca tulisan saya, silakan tinggalkan komentar mari bersilaturahim :)