Kamis,
17 Desember 2015
Hari ini kami melanjutkan survei,
kembali berkeliling di Desa Aji Kuning namun dengan RT yang berbeda.
Alhamdulillah, walaupun kebanyakan disini bersuku Bugis (Sulawesi), dengan
paras cukup keras, namun mereka baik sekali, ramah pada orang baru dan mau
ditamu dengan senang hati. Seperti biasa, setiap kami akan berkeliling, kami
selalu lapor kepada pak RT, sambil membawa surat tugas. Setelah diizinkan, kami
beraksi.
Tadi kami mulai dengan RT 05 lebih
awal. RT 05 rata-rata rumah berbentuk panggung, dengan papan atau kayu,
sebagian juga ada dengan rumah bata. Rata-rata warga memiliki ternak, entah itu
ternak ayam, ternak itik, atau entok. Lalu sebagian besar mereka seorang
pekebun. Kebun sawit atau kebun pisang mereka garap sendiri atau menggarap
lahan oranglain. Warga disini sangat ramah, mereka melihat kami tanpa
berprasangka buruk.. hanya anggapan mereka.. “Oo anak KKN yah? :”)
Lalu kami menjelaskan, kami dari
Nusantara Sehat pak, kami utusan Kementerian Kesehatan, Tugasnya memperkuat
puskesmas atau menambah program untuk peningkatan kesehatan masyarakat. Kami
disebar ke seluruh Indonesia. Nah kami ini kebetulan dapat di daerah Sebatik
Tengah, dan sekarang tinggal di sebelah puskesmas Aji Kuning. Kami 2 tahun
disini Pak, makanya mungkin kita akan sering ketemu ya...” Kemudian mereka menjawab, “Baguslah kalau
begitu, supaya warga lebih bagus lagi kesehatannnya..”
Seperti kemarin, kami melakukan
wawancara mengenai pertanyaan yang ada di Form survei. Disela itu juga kami
mengobrol hal lain, mengenai apapun. Tadi kami bertemu seorang bapak yang
pekerjaannya berkebun pisang. Pisang-pisang di Kalimantan adalah pisang dengan
kualitas baik. Daging buah yang tebal, dan aneka jenisnya. Kemudian
pisang-pisang ini dijual mentah ke Tawau (Malaysia) dengan harga Rp. 2000-2800/kg.
Sedangkan satu tandan beratnya bisa
20-30kg, tergantung besarnya pisang. Aku bertanya, kenapa disini gak buat usaha
kripik pisang aja? Kan bahan baku udah ada di kita, nah mungkin kita bisa buat
kripik pisang yang enak, terus di jual ke Tawau?
Warga jawab, bahwa disini warga
kurang tertarik repot buat hal seperti itu, selain itu juga, warga tak punya
modal awal untuk pembuatannya. Modal bahan baku minyak, dll, karena harga makin
mahal. Ohya, kemarin juga aku dengar cerita.. bahwa di Kalimantan Utara itu ada
penganan khas. Seperti camilan kue, namanya kue Bangke. Coba di jual ke
Malaysia, di Malaysia malah tak laku sama sekali kue ini. Pengusaha Malaysia
hanya mau beli bahan baku dari Indonesia.. lalu bahan baku itu mereka olah,
kemudian mereka jual kembali ke masyarakat Indonesia. wiih.
Kemudian kami sampai dirumah
panggung salah satu warga di RT 05. Biasanya yang jadi target kami adalah
keluarga yang memiliki balita atau bayi, supaya bisa di data mengenai form
bayi. “Assalamualaikum.. makcik.. ada Bapak kah di sana?” tanya kami mulai
adaptasi dengan logat warga, hehe.
“Waalaikumsalam.. iya ada ni..” ucap
Makcik berkacamata itu sambil menuju tangga atas. Sedangkan dirumahnya bagian
bawah.. ada sesuatu, cukup besar menggantung lalu bergerak-gerak di gantungan..
hampir jatuh. Dia adalah seorang bayi berusia kira-kira 8 bulan, dengan badan
yang super gembul. Aku melihatnya, awalnya sempat berpikir akan ndak sopan ni
kalau akau masuk-masuk saja.. tapi kalau aku gak masuk dan tangkap bayi itu..
bisa-bisa luka si bayi karena jatuh. Lalu dengan sigap dan setengah berlari,
aku langsung lepas sepatu, ucap
assalamualaikum dan meraih si bayi itu. hampir saja si bayi jatuh.. aku
berhasil menangkap si bayi. Si bayi melihatku.. ku kira ia akan menangis..
ternyata.. dia tertawa ngikik melihatku. Haha dasar si bayi gembul.. udah
capek-capek nih aku meraihmuu :”)
Kemudian si ibu datang. eh ternyata
ibu yang berkacamata tadi bukan ibunya. Dia adalah neneknya si bayi. Padahal si
ibu belum terlalu tua. “Makcik.. ini bayinya hampir tejatuh dari ayunan tu..
besar ya badannya.. berapa bulan makcik? Hampir satu tahun kah?”
“Ndak.. ini usianya baru 6 bulan.. badannya
memang besar ya. Mamaknya ni lagi kepasar. Oo Makcik bukan ibunya? Bukan.
Ibunya ni, anak aku...” ucap si ibu.
“Oo begitu.. ini kakaknya ya
makcik?” tanyaku pada seorang anak usia sekitar 2 tahunan.
“Bukan.. kalo ini.. anak bungsu
aku.” Ucap si ibu.
“Waah. Jadi ini tante nya bayi ini?”
tanyaku. Si makcik hanya senyum-senyum saja.
YA. Disisi lain masih cukup banyak
warga yang memiliki banyak anak, hingga tak mengenal jarak lagi. Menikah
terlalu muda, atau hamil sudah berusia tua. Sebenarnya itu jadi resiko
kesehatan tersendiri buat warga.
Dapat Buah Jeruk Bali
Rumah yang kami singgahi kali ini
adalah rumah Pak RT 11. Kami mendata seperti biasanya. Rumah Pak RT ini banyak
buah jeruk Bali. Sedang berbuah ranum.. kemudian kami banyak bertanya-tanya
tentang cara penanaman buah jeruk Bali yang tertanam apik di taman rumahnya.
Lalu tanpa basa-basi.. tiba-tiba bapak itu kepohon jeruknya.. dan mengambilkan
2 buah jambu bali yang besar pada kami. waaaah rejeki anak Pak Dany dan Pak
Yusuf nih! :D
Di Gonggongi Anjing
Kami masih survei dengan seragam
yang sama. Seragam loreng khas Rindam Jaya. Seragam ini adalah seragam
kenang-kenangan. Dan kami bangga memakainya. Saat ini kami akan melanjutkan
pendataan. Perjalanan akan lebih naik lagi.. jalan lebih panjangn dan mendaki.
Ada anjing lewat? Sudah biasaa. Tapi kali ini ada hal yang beda. Tiba-tiba
disebuah rumah.. ada banyak anjing warna hitam menggonggongi kami. Anjing yang
berada di rumah warga itu. Padahal kami ada di seberang mereka. Anjing itu
menggonggong. Lalu teman-temannya ikut mengonggong pula. Anjing hitam broo. Kemudian
ada warga yang lewat. Anjing itu tak menggonggong pada warga. Haah apa karena
kami pakai seragam loreng ya jadi dikira tentara yang jahat :”) hehe.
Bandingkan Jembatan Di Skouw Mabo Papua Dan Anjing Liar
Sebagai Ancaman
Tiap wilayah lokasi pendataan, pasti
ada saja halangannya. Kami sering sharing pada teman teman yang berada di
lokasi berbeda. Seperti di Papua, Desa Skouw Mabo.. halangan mereka adalah
adanya jembatan tipis ditengah sungai. Dan disungai itu terdapat buaya lapar.
Lalu apa yang terjadi jika mereka terjatuh? yaa lumayan zonk deeh :”) kemudian
saat mereka mau pulang kembali ke puskesmas.. ada lagi halangannya.. yaitu
sekelompok orang datang menghalang mereka dengan bawa parang. Ah beruntung ada
TNI disana yang membantu menghalau warga primitif yang agresif dengan orang
asing itu. Kami? Alhamdulillah seperti kisah diatas, gak seseram di wilayah Papua..
memang medan yang sulit karena berbukit-bukit. Namun disini banyak anjing liar
yang suka keliling, bahkan sering menghalang kami.. yang bikin panik adalah
ketika anjing itu mengajak kita main.. waaaah, itu kadang agak merepotkan nih
:”)
Semoga bermanfaat dan menjadi
pembelajaran yah. Bagaimana dengan wilayah kerja teman-teman? Masih enjoy? Nyamankah?
Nantikan postingan selanjutnya yaaa. Salam untuk Nusantara yang Sehat dari Pulau Sebatik, Kalimantan Utara, Indonesia : )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah menbaca tulisan saya, silakan tinggalkan komentar mari bersilaturahim :)