Berawal dari perseteruan kecil
antara Rachmat dan Adhin mengenai konteks tulisan yang menurut Adhin sangat
bertolak belakang dan tidak mendukung agama sendiri. Perseteruan antara
jurnalis dan fotografer ini terdengar hingga meja pemimpin redaksi majalah
Republik, tempat
kerja mereka. Si Bos kekeuh tidak lagi menayangkan tulisan Rachmat yang sangat
menilai sinis aksi yang di lakukan umat islam, Rachmat berspekulasi bahwa hal
ini bukan perkara penistaan agama saja, melainkan sudah ditunggangi politisasi.
Merasa pemikirannya tidak di dukung, Rachmat memgancam ingin keluar dari tempat
kerjanya itu, sedangkan pemimpin redaksi tidak rela kalau jurnalis terbaik
lulusan Harvard ini pergi begitu saja,
dok. 212 movie |
Hingga suatu ketika Rachmat di
telpon oleh keluarganya di Ciamis. Rachmat segera meninggalkan pekerjaannya dan
masuk ke mobil bersama Adhin. Ibunya
Rachmat meninggal, sedangkan sudah sejak 10 tahun ia tak juga pulang. Selama di perjalanan
Rachmat mengingat masa kecilnya, tentang dirinya dan keluarga sedang berada di
dalam mobil, menyusuri jalan beraspal yang berkelok. Kemudian mobil oleng dan
terjadi tabrakan. Hal
itu membuat Rachmat menangis. Nah di scene ini penonton di buat bertanya-tanya
tentang adegan kecelakaan ini, yang
akhirnya terjawab di pertengahan film.