Selasa, 01 Maret 2016

Kita Jadi Orang Bugis Kah?



dok.pribadi. anak-anak orang bugis



Tiap daerah memiliki bahasa masing-masing. Logat masing-masing dan cara bicara masing-masing. Itulah yang buat Indonesia amakin beragam. Indonesia sangat kaya akan suku dan bahasa. Dari kami berlima pun.. tim nusantara sehat 2 yang ditempatkan di Sebatik.. ada 3 suku dan 4 logat didalamnya. Ialah dua orang dari Kupang, dengan logat NTT, dua orang bersuku Jawa; satu orang berlogat jawa, satu orang lagi berlogat betawi karena lahir dan tinggal di Jakarta, dan aku suku Lampung dengan logat netral haha, gak keliatan logat Lampungnya. Lalu kami yang berbeda-beda ini di tempatkan di wilayah yang sama.. PULAU SEBATIK, kecamatan Sebatik  Tengah, Kabupaten Nunukan, KALIMANTAN UTARA.

Jangan harap ketemu orang Dayak khas Kalimantan di pulau yang sangat kecil setitik jika kita lihat di peta. Karena disini adalah area orang Bugis (Sulawesi) yak kebanyakan mereka adalah transmigrasi Sulawesi. Walau sampai kalimantan pun.. logat Bugis masih banyak. Suku yang menandingi adalah transmigran Jawa, Melayu, pernikahan Jawa-Bugis banyak, tak heran banyak rumah panggung khas Bugis disini. Namun logat yang mendominasi kebanyakan adalah Bugis.
 
dok.pribadi. punggung orang Bugis. *eh
Logat Bugis tuh.. unik, orang Bugis juga unik... bersuara lantang namun lembut dan kocak, haha gimana ya? Bingung mendefinisikannya. Hal ini terasa saat kami survei keliling masyarakat. kami yang hanya berlima ini harus menyesuaikan logat mereka. kami sering mendengar kata “Iyek?”( nada bertanya, artinya kurang jelas. Kalau orang  indonesia tuh.. Apa? kalau di bahasa Inggris maksudnya tuh ‘pardon? Repeat please’)  “Oh... Iyek..” (Oh iya.. oh benar).

Kami juga sering mendengar kata “Bah”. Kalau di Medan kata Bah biasanya jadi kata pengiring tanda seru. Kalau disini kata Bah jadi... “Bukan gitu bah..” (dengan nada biasa; bukan begitu loh), “Itu bah, anaknya pak Soleh..” (untuk mengingatkan sesuatu, itu loh anaknya Pak Soleh), ketika kesal di panggil.. “Iya bah....” (nada agak tinggi: Iya siiih).

Ada juga kata permisi khas. Kalau kita lewat di depan seseorang “Permisi”. Kalau disini pakai kata “Tabek”. Kalau lewat di depan banyak orang bilang.. “Tabek..”. kalau gak sengaja injak kaki orang juga bilangnya “Eh Tabek ya..” (Eh maaf ya). Bilang makasih juga bisa sambil bilang “Tabek” (terimakasih). Terus kalau mau ajak makan.. kita bilang “Manrek!” (Mari makan!). Kalau tawari makan ke orang juga gitu.. “Manrek yuk...” (Makan yuk).
 
dok.pribadi. Manreeek! anak rantau yang bakal punya logat Bugis
“Eh Silok, apakabar?” (Eh kawan apakabar?) jadi kata ‘silok’ adalah kata sopan untuk panggilan ‘teman’ dalam bahasa bugis. Atau untuk orang yang kita lupa namanya, misalnya untuk teman lama. Ingat wajah, tapi lupa namanya. *seringkejadiansamadirisendiri* haha pakai kata ‘silok’ adalah panggilan aman untuk teman lama, tapi lupa nama.hehe. bisa juga gini, kenapa silok cemberut bah?” (Kenapa Friend, kok kok kamu cemberut sih?) bisa jadi panggilan gaul juga untuk ranah perbugisan.hehe

Ada juga nih.. kata  ‘Pale’. Kenapa pale begitu?” pale itu semacam kata bantu.. artinya.. seperti kata bantu saja, karena sering digunakan. Misal..”jangan nangislah pale..” , “kalau berani lawan lah dia, pale..” (hmm yaa walaupun aku bingung mendefinisikan maknanya. Tapi kata ‘pale’ sering digunakan dalam bahasa sehari-hari orang Bugis : )
 
dok.pribadi. foto bersama staf puskesmas yang sebagian besar orang Bugis
Kita? Yak kata ‘kita’ menjadi kata plurar, kata jamak untuk bahasa Indonesia. Di Lampung juga gitu sih. Tapi di sini.. kata ‘Kita’ menjadi kata tunggal yang sopan. Seperti awalnya aku bingung sendiri dengan kata “kita”. Saat survei kerumah warga.. warga bertanya.. “Kita sekarang tinggal dimana?” pingin rasanya bilang.. ‘kita?gue aja kali lo engga’. Haha bukan bukaan. Maksudnya kata kita artinya kata ‘kamu’ dengan kalimat yang lembut/ halus. Akhirnya aku harus menyesuaikan ketika ada pasien datang..  aku bertanya tentang identitas pasien.. “Nama kita siapa pak?” (Nama bapak siapa?). “Eh tak ada yang mengantar, memangnya anak kita lagi dimana?” (eh gak ada yang mengantar, memangnya anak kamu dimana?), “Kenapa kita lupa minum obat?” (Kenapa kamu lupa minum obat?).
 
dok.pribadi. foto dengan anak SD sebagian besar keturunan orang Bugis
Sampai akhirnya kami menggunakan sedikit-sedikit bahasa Bugis di pembicaraan sehari-hari termasuk ke pasar. Sore itu kami diajak dr.Astri ke pasar, di desa Sei Nyamuk. Kami membeli peralatan dapur. Kami bilang makasih dengan ‘tabek’. Kita ucap “ya maksudnya?” dengan kata “iyek”. Terakhir setelah kasir selesai hitung-hitung belanjaan. Lalu si pemilik toko yang sudah kenal dengan dr.Astri ini bertanya.. “Mereka orang Bugis semua?” “Bukan.. Iyanih.. mereka pake bahasa Bugis semua, padahal yang jual barang-barang ini orang Jawa.. kita kan lagi di Kampung Jawa..” ucap dr.Astri sambil tertawa. Walaah. Hahaha “Matur Suwun Mbah..” ucap kami sambil ngikik. “Yo.. Suwun...” jawab si pemilik toko karena terlihat sudah berumur.
 
dok.pribadi. foto dengan anak orang bugis juga hahaha *banguntidur
Salam untuk aku dan kamu yang akan menjadi kita, hahaha :”D

Ditulis tanggal: 22 januari 2016
Desa Aji Kuning, SebatikTengah-Kalimantan Utara

1 komentar:

  1. Tabe' saya sebgai orang BUGIS berterima Kasih dengan tulisan ini.
    Skali lg terima Kasih iye 😄😄

    BalasHapus

Terimakasih sudah menbaca tulisan saya, silakan tinggalkan komentar mari bersilaturahim :)