dok.pribadi. anak-anak orang bugis |
Tiap
daerah memiliki bahasa masing-masing. Logat masing-masing dan cara bicara
masing-masing. Itulah yang buat Indonesia amakin beragam. Indonesia sangat kaya
akan suku dan bahasa. Dari kami berlima pun.. tim nusantara sehat 2 yang
ditempatkan di Sebatik.. ada 3 suku dan 4 logat didalamnya. Ialah dua orang
dari Kupang, dengan logat NTT, dua orang bersuku Jawa; satu orang berlogat
jawa, satu orang lagi berlogat betawi karena lahir dan tinggal di Jakarta, dan
aku suku Lampung dengan logat netral haha, gak keliatan logat Lampungnya. Lalu
kami yang berbeda-beda ini di tempatkan di wilayah yang sama.. PULAU SEBATIK,
kecamatan Sebatik Tengah, Kabupaten
Nunukan, KALIMANTAN UTARA.
Jangan
harap ketemu orang Dayak khas Kalimantan di pulau yang sangat kecil setitik jika
kita lihat di peta. Karena disini adalah area orang Bugis (Sulawesi) yak
kebanyakan mereka adalah transmigrasi Sulawesi. Walau sampai kalimantan pun..
logat Bugis masih banyak. Suku yang menandingi adalah transmigran Jawa, Melayu,
pernikahan Jawa-Bugis banyak, tak heran banyak rumah panggung khas Bugis
disini. Namun logat yang mendominasi kebanyakan adalah Bugis.
Logat
Bugis tuh.. unik, orang Bugis juga unik... bersuara lantang namun lembut dan
kocak, haha gimana ya? Bingung mendefinisikannya. Hal ini terasa saat kami
survei keliling masyarakat. kami yang hanya berlima ini harus menyesuaikan
logat mereka. kami sering mendengar kata “Iyek?”( nada bertanya, artinya kurang
jelas. Kalau orang indonesia tuh.. Apa?
kalau di bahasa Inggris maksudnya tuh ‘pardon?
Repeat please’) “Oh... Iyek..” (Oh
iya.. oh benar).
Kami
juga sering mendengar kata “Bah”. Kalau di Medan kata Bah biasanya jadi kata
pengiring tanda seru. Kalau disini kata Bah jadi... “Bukan gitu bah..” (dengan
nada biasa; bukan begitu loh), “Itu bah, anaknya pak Soleh..” (untuk
mengingatkan sesuatu, itu loh anaknya Pak Soleh), ketika kesal di panggil..
“Iya bah....” (nada agak tinggi: Iya siiih).
Ada
juga kata permisi khas. Kalau kita lewat di depan seseorang “Permisi”. Kalau
disini pakai kata “Tabek”. Kalau lewat di depan banyak orang bilang..
“Tabek..”. kalau gak sengaja injak kaki orang juga bilangnya “Eh Tabek ya..”
(Eh maaf ya). Bilang makasih juga bisa sambil bilang “Tabek” (terimakasih).
Terus kalau mau ajak makan.. kita bilang “Manrek!” (Mari makan!). Kalau tawari
makan ke orang juga gitu.. “Manrek yuk...” (Makan yuk).
“Eh
Silok, apakabar?” (Eh kawan apakabar?) jadi kata ‘silok’ adalah kata sopan
untuk panggilan ‘teman’ dalam bahasa bugis. Atau untuk orang yang kita lupa
namanya, misalnya untuk teman lama. Ingat wajah, tapi lupa namanya.
*seringkejadiansamadirisendiri* haha pakai kata ‘silok’ adalah panggilan aman
untuk teman lama, tapi lupa nama.hehe. bisa juga gini, kenapa silok cemberut
bah?” (Kenapa Friend, kok kok kamu cemberut sih?) bisa jadi panggilan gaul juga
untuk ranah perbugisan.hehe
Ada
juga nih.. kata ‘Pale’. Kenapa pale
begitu?” pale itu semacam kata bantu.. artinya.. seperti kata bantu saja,
karena sering digunakan. Misal..”jangan nangislah pale..” , “kalau berani lawan
lah dia, pale..” (hmm yaa walaupun aku bingung mendefinisikan maknanya. Tapi kata
‘pale’ sering digunakan dalam bahasa sehari-hari orang Bugis : )
Kita?
Yak kata ‘kita’ menjadi kata plurar, kata jamak untuk bahasa Indonesia. Di Lampung
juga gitu sih. Tapi di sini.. kata ‘Kita’ menjadi kata tunggal yang sopan.
Seperti awalnya aku bingung sendiri dengan kata “kita”. Saat survei kerumah
warga.. warga bertanya.. “Kita sekarang tinggal dimana?” pingin rasanya
bilang.. ‘kita?gue aja kali lo engga’.
Haha bukan bukaan. Maksudnya kata kita artinya kata ‘kamu’ dengan kalimat yang
lembut/ halus. Akhirnya aku harus menyesuaikan ketika ada pasien datang.. aku bertanya tentang identitas pasien.. “Nama
kita siapa pak?” (Nama bapak siapa?). “Eh tak ada yang mengantar, memangnya
anak kita lagi dimana?” (eh gak ada yang mengantar, memangnya anak kamu
dimana?), “Kenapa kita lupa minum obat?” (Kenapa kamu lupa minum obat?).
Sampai
akhirnya kami menggunakan sedikit-sedikit bahasa Bugis di pembicaraan
sehari-hari termasuk ke pasar. Sore itu kami diajak dr.Astri ke pasar, di desa
Sei Nyamuk. Kami membeli peralatan dapur. Kami bilang makasih dengan ‘tabek’.
Kita ucap “ya maksudnya?” dengan kata “iyek”. Terakhir setelah kasir selesai
hitung-hitung belanjaan. Lalu si pemilik toko yang sudah kenal dengan dr.Astri
ini bertanya.. “Mereka orang Bugis semua?” “Bukan.. Iyanih.. mereka pake bahasa
Bugis semua, padahal yang jual barang-barang ini orang Jawa.. kita kan lagi di
Kampung Jawa..” ucap dr.Astri sambil tertawa. Walaah. Hahaha “Matur Suwun
Mbah..” ucap kami sambil ngikik. “Yo.. Suwun...” jawab si pemilik toko karena
terlihat sudah berumur.
Salam
untuk aku dan kamu yang akan menjadi kita, hahaha :”D
Ditulis
tanggal: 22 januari 2016
Desa
Aji Kuning, SebatikTengah-Kalimantan Utara
Tabe' saya sebgai orang BUGIS berterima Kasih dengan tulisan ini.
BalasHapusSkali lg terima Kasih iye 😄😄