Selasa, 29 Maret 2016

Kelas Inspirasi: "Ketika Perawat jadi Wartawan" (2)



 
dok.pribadi. sebelum berangkat ke SDN 002 Sebatik Tengah
Ini adalah tulisan lanjutan dari kelas Inspirasi (1) ditulisan aku sebelum tulisan ini. selamat Bacaa :)
Oke, apaboleh buat. Akhirnya aku berubah wujud. Dari seorang perawat, berubah jadi seorang wartawan. Aku masuk kelas dengan jaket Nusantarasehat. Aku masuk ruang kelas 3. Langsung disambut nyanyian.. “Selamat datang kakak, selamat datang kakak. Selamat datang kami ucapkan. Terimalah salam dari kami yang ingin maju bersama-sama. Terimalah salam dari kami yang ingin maju bersama-sama...” nyanyian serentak yang dilakukan anak-anak dengan suka cita.
            “Assalamualaikum wr wb. Selamat Pagi!”
            “Waalaikumsalam wr wb.  Pagi-pagi-pagi luarbiasaa!” jawab mereka.
            Kemudian aku mengenalkan diri. Dan menjelaskan tentang profesi sekarang. Aku mengenalan jaket, dan menggantung kamera digital, dan pakai topi. Mereka mengira aku sebagai tukang foto. Walaah, mengira aku sebagai perawat. Hehe sekarang engga lagi. Karena sekarang profesi yang akan aku jelaskan kepada mereka adalah Wartawan. Jadilah aku mengisi kelas Inspirasi tentang  jurnalistik deeh :”) 
dok.pribadi

            Karena engga ada bahan materi. Jadi aku mengingat saja waktu kelas menulis di Forum Lingkar Pena. Saat mengisi kelas jurnalistik di SMA boarding School Miftahul Jannah. Pada anak-anak SD ini aku memberikan ilmu mengenai berita. Tentang 5W 1H yang ada dalam berita dan lainnya. Aku menunjukkan kepada mereka bagaimana seorang reporter menyampaikan liputan atau laporan langsung dari tempat kejadian dengan bahasa sehari-hari. Kemudian aku juga memberi gambaran pada mereka bagaimana seorang wartawan mewawancarai seorang narasumber, misalnya ada artis yang datang atau seorang presiden yang datang ke sekolah mereka. Bagaimana sikap wartawan yang baik ketika akan mewawancarai seorang narasumber dan lain sebagainnya.
 Terakhir aku memberikan tugas kepada mereka untuk menulis diatas kertas satu lembar. Walaupun tema nya jurnalistik, namun untuk tugas yang aku berikan tidak harus tentang yang aku bahas. Setidaknya mereka bisa menuliskan apapun yang ada di pikiran mereka. Aku memberikan mereka tugas untuk menulis bebas mengenai apasaja.
“Keluarkan kertas, pena atau pensil.. ada tugas untuk adik-adik.. tugasnya adalah.. tulislah hal apapun. Sembarang.. tulis tentang pantun kah.. puisi kah.. diary kah.. tentang cita-cita kah.. sembarang yah.. yang penting jangan terlalu pendek, karena akan dibacakan di depan kelas. Waktunya hanya 10 menit. Oke?” ucapku, mengikuti bahasa mereka sehari-hari.
dok.pribadi. anak-anak yang sedang serius dengan tulisannya :)

            Aku melihat sekitar. Berputar... mereka menuliskan berbagai hal. Yang banyak mereka tulis adalah pantun. Mungkin karena terpengaruh serial upin-ipin, atau tokoh jarjit yang suka berpantun yah.. pantunnya lucu-lucu. Setelah 5 menit berlalu.. anak-anak yang selesai menuliskan ceritanya maju kedepan satu-satu sambil membaca karyanya. Bagiku, hmm ini bisa jadi cara mereka juga agar bisa percaya diri berbicara di depan kelas kan. Kadang ada pantun atau cerita mereka yang aneh, atau hanya dua baris saja.. namun aku berusaha tak menutunkan rasa percaya diri mereka, tetap bilang.. “Oke, Pantunnya bagus... siapa lagi yang mau majuu?” mereka berebut maju ke depan kelas. Aku memandang kening-kening itu, kening-kening mungil yang memiliki asa yang tinggi. Anak-anak Indonesia, penerus bangsa. Ah malunya aku pada mereka, seumuran mereka aku dulu sering lalai dan lebih banyak bermain-main sedangkan mereka? selalu berjuang dengan keadaan diri, keadaan sekolahnya yang lumayan jauhnya.
            Kelas-kelas selanjutnya aku selalu memberikan hal yang berbeda. Kadang aku mengajak mereka nyanyi bersama-sama.. menyanyi laskar pelangi dan lain sebagainya.. agar mereka tidak mengantuk dan tetap bersemangat. Sampai akhirnya... ada 6 kelas yang ku ajar. Perkenalan mengenai profesi. Medis dan wartawan. Pengenalan profesi medis walau hanya 2 kelas, lalu 4 kelas pengenalan mengenai jurnalistik aku tetap senang. Dan lebih bahagia karena semangat anak-anak ini. 
dok.pribadi. mengejar waktuu baca karya sendiri :)
 
dok.pribadi. "Cita-cita ku sebagai Pemadam Kebakaran" :)
            Lalu sekitar pukul 12 lewat, Bus sekolah sudah datang menjeput mereka. namun karena masih ada satu materi lagi, mereka di tinggal bus. Dan akhirnya banyak anak yang harus jalan kaki cukup jauh apalagi siang itu sangaat terik dan debunya banyak sekali. Sepulang makan siang bersama staff guru serta narasumber lain. Kami pulang. Karena dokter Eka yang mengisi kelas Inspirasi di Desa Lourdes sudah datang. Lalu beberapa anak memegang tanganku, ingin bicara sesuatu.. “Kak Rinta, bolehkah kita menumpang mobilnya?” tuturnya, karena kami pulang dengan mobil puskesmas.
“Boleh, Dimana rumah kalian?” tanyaku.
“Aji Kuning kak...”
“Oh iya.. ayo bareng saja.. satu arah juga kan..”
Akhirnya adik-adik itu ikut kami pulang ke arah Desa Aji Kuning, meninggalkan Desa Maspul sekolah mereka ini. Ada 3 orang yang ikut kami. Lalu menengok ke belakang.. ternyata masih banyak anak yang jalan kaki bersama-sama.. Tekena hembusan debu dari belakang mobil. “Wah masih banyak juga teman-teman mu yang jalan kaki dibelakang?”
dok.pribadi. say cheese!
 
dok.pribadi
“Iya kak. Ketinggalan bis tadi kan.., jauh mereka punya rumah..” tutur salah satu anak yang ikut di mobil kami. mereka bertiga ini tadi pagi yang menari Tarian Borneo dan Tari Saman : )
Perjalanan memang cukup jauh dari Desa Maspul ke Desa Aji Kuning. Apalagi medannya yang sangat terjal.. jalan-jalan disana masih berupa kerikil, akan ada pembangunan jalan sepertinnya melihat banyaknya bahan pembuatan aspal di sisi jalan. Di Desa Maspul ini juga paling sering terjadi kecelakaan, jika pengendara motor atau mobil tak hati-hati. Dan jika terjadi kecelakaan, luka yang ditimbulkan biasanya lumayan parah, karena kondisi jalan yang masih krikil.
dok.pribadi. para pengajar kelas Inspirasi hari itu :)

HARI INI AKU BELAJAR. Lagi-lagi.. aku belajar banyak dengan mereka, anak-anak SDN 002 Sebatik Tengah, di Desa Maspul. tentang cita-cita anak-anak perbatasan yang sangaaaat ingin meneruskan sekolahnya. Ada ketakutan dalam dada mereka... takut jika orangtuanya kelak.. setelah SD usai menyuruh mereka bekerja membantu orangtuanya ke kebun. Ada rasa takut jika asa mereka tak sampai, kerena tuntutan ekonomi.. sedangkan cita-cita jadi dokter, polisi, TNI, pemadam kebakaran, atau jadi guru itu sudah terpatri di benak mereka. SEMANGAT, ada titik dimana semangat mereka ini sangat menggebu dan berkobar, mereka tak takut dengan apa yang kelak akan mereka hadapi. Yang mereka tahu sekarang adalah, belajar segiat yang mereka bisa, membaca sekuat yang mereka mampu dan berusaha mendapatkan nilai tebaik dalam buku raport nya nanti. Serta jujur dengan apa yang mereka kerjakan. Itulah pemikiran mereka, anak-anak polos dari perbatasan negaraku, Indonesia.
 
dok.pribadi. mading di tembok sekolah mereka, ada juga tulisan mereka mengenai cita-cita
dok.pribadi. pohon impiaaan :)
 
dok.pribadi. semangat tempel impian setinggi yang mereka bisa :)
 
dok.pribadi
 
dok.pribadi. aku gak sedih jika semua siswa gak ada yang berminat jadi perawat. toh, mereka berhak memilih cita-cita yang tinggi kan? dari medis. masih profesi DOKTER lah yangmenjadi primadona, semoga kalian selalu jaga mimpi-mimpi kalian. lalu mewujudkannya yah :)
 
dok.pribadi
dok.pribadi. makasih Syukri kelas 5 SD yang sudah mengutarakan perasaannya :")

Ditulis di Desa Aji Kuning, Sebatik Tengah.. Kalimantan Utara, Indonesia.

Kamis, 24 Maret 2016

Kelas Inspirasi: Cita-Cita Anak SDN 002 Sebatik Tengah (1)




Desa Maspul, 23 Maret 2016
 
dok.pribadi. pohon impian anak kelas 5 :)
            Pagi ini ada agenda yang tak biasa buatku. Biasanya aku hanya jaga gawang di dalam UGD untuk menunggu pasien dan melayani pasein yang membutuhkan pengobatan maupun perawatan dari perawat. Tapi kali ini beda. Beda yang menyenangkan. Aku menjadi perwakilan Puskesmas untuk menggantikan dokter yang harusnya mengisi materi di kelas Inspirasi SDN 002 Sebatik Tengah. Hal ini dikarenakan dokter di Puskesmas kami hanya ada dua orang, sedangkan kegiatan diadakan serentak di dua sekolah yang berbeda. Kelas Inspirasi ini di prakarsai oleh tim Indonesia Mengajar wilayah Sebatik Tengah. Untuk wilayah sebatik Tengah, tim Indonesia Mengajar ada di Desa Maspul dan Desa Sungai Limau, dusun Lourdes. Mereka adalah Kak Mubin dan mbak Vida. 
dok.pribadi. panduan pengajar

            Surat undangan sudah diberikan sejak beberapa hari sebelum acara, sekitar dua atau tiga hari. Namun karena keterbatasan.. dokter hanya ada dua orang sedangkan di Puskesmas tetap harus ada pelayanan kepada pasien. Akhirnya dokter Eka yang ditugaskan Pinpus untuk mengisi materi di Sungai Limau, Desa Lourdes. Sedangkan aku mengisi di Desa Maspul bersama Kiki salah satu tim Nusantara Sehat juga profesi Bidan. 
dok.pribadi. anak-anak SDN 002 Sebatik Tengah

            Pagi ini, pukul 08.00 WITA, kami baru sampai. Terlambat sebenarnya, seharusnya pukul setengah 8 kami sudah di lokasi, namun di Puskesmas kami harus menjalankan Apel Pagi dulu. Desa Maspul yang jaraknya lumayan jauh, jalannya lumayan tak berbentuk serta debunya yang luar biasa. Sesampainya di SD tersebut. Langsung diadakan upacara pembukaan. Waah ternyata memang hanya untuk menunggu kami acara itu dimulai. Disana sudah ada berbagai profesi ternyata, profesi guru, polisi, pemadam kebakaran, dll. Ah luar biasa. aku pikir hanya sekedar upacara biasa, namun.. ternyata ada persembahan keren-keren dari pada murid Sekolah Dasar di Perbatasan Negara ini.
            Para murid SD ini dengan lihainya menunjukkan kebolehan mereka tentang tarian.. yaitu tarian Borneo yang biasa dipakai untuk menyambut tamu negara, dan tari Saman. Tari dari Aceh yang mengandalkan musik dari akapela, dari mulut. Aku terkesima, sungguh, terasa sangat dihormati kedatangan kami.. ada bangga di Dada. Berada di lingkungan luar bisa seperti ini. anak-anak negeri yang bersemangat, anggun menarikan tarian bangsanya.
 
dok.pribadi. tarian Borneo


             
dok.pribadi. Tari Saman


dok.pribadi

Setelah tarian dan upacara selesai. Kami mengikuti briefing dahulu di ruang guru. Mas Mubin selaku panitia memberitahu sistematika acara hari ini. mulai dari waktu sampai materi apa yang harus dijelaskan. Ohya, aku dan kiki di malam sebelumnya telah mempersiapkan sesuatu, agar kondisi kelas kondusif dan tak membosankan. Nanti aku ceritakan dah yaa..
            Oke kelas pertama kami adalah... anak-anak kelas 5. Kami di sambut dengan lagu Indonesia Raya. Ya, begitulah anak sekolah di wilayah perbatasan... hal wajib sebelum dilakukan pelajaran. Selain doa adalah menyanyikan lagu Indonesia Raya sebagai identitasnya. Kami membawa perlengkapan untuk acara pagi itu. kelas inspirasi mengenai cita-cita. Kami masuk.. anak-anak dalam kelas itu tidak sampai berjumlah 30 murid.
            Terlihat wajah-wajah polos penuh semangat itu. duduk dibalik kursi yang membentuk letter U menatap kami yang baru masuk kedalam kelasnya. Semua terdiam setelah menyanyikan lagu Indonesia raya. Aku memulai acara mengajar pagi itu.. “Selamat Pagi!?”. mereka jawab dengan serentak.. “Pagi-Pagi-Pagiii Luar biasaa!” waah mereka sudah punya yel-yel sendiri dengan sapaan selamat pagi. “Oke, kelas berapa ini?”. “Kelas 5, Bu..” jawab mereka serentak.
dok.pribadi
            “Baik, perkenalkan, nama aku Rinta Wulandari.. profesi sebagai perawat. Dan ini Kak Kiki, profesi sebagai Bidan. Kami dari Puskesmas Aji Kuning, akan memberikan perkenalan mengenai profesi medis, yaitu dokter, perawat dan bidan. Hmm.. apasih impian kalian? Apasih cita-cita yang pingiiin banget kalian gapai?”
            “Nah di depan kalian ada dua kertas berwarna-warni. Dibelakangnya ada lem perekat. Kalian tulis dua cita-cita yang ingiiiin sekali kalian gapai? Tulis yang besar. Lalu.... kita lihat di papan tulis.. ada gambar apa nih?”
            “Pohon Impian....” seru murid bersamaan.
            “Nah, setelah tulis dua impian kalian.. kalian bisa tempel impian itu di atas pohon impian. Pokoknya harus diposisi paling tinggi.. karena impian harus tinggi..” ucapku. Lalu aku memberikan waktu pada para murid untuk menuliskan impiannya di atas kertas yang tersedia di masing-masing mereka. “Kakak hitung sampai sepuluh, impian kalian harus sudah ada ya.. dan mulai dari kiri bergilir tempelkan impian itu di pohon impian..” ucapku bersemangat.
dok.pribadi
            Setelah hitungan ke sepuluh. Anak-anak sudah mulai menempelkan potongan impian mereka di atas pohon impian. Tiga orang maju. Dengan tertib dan sukacita menempelkan impian mereka di masa mendatang di atas pohon impian. Mereka antusias sekali, bersemangat : ) aku jadi lebih bersemangat melihat mereka. setelah semua tertempel rapi diatas pohon impian, aku mulai materi. Materi sekenanya, sekilas mengenai paramedis. Aku menjelaskan tentang profesi dokter, perawat, dan bidan. Setelah semua ku perkenalkan.. kami mengeluarkan berbagai alat medis yang sudah kami bawa dari Puskesmas. Perawalatan itu kami rapilan diatas bangku kayu.
            Para murid bergidik ngeri dengan apa yang kami keluarkan.. “Hiiy mau di suntik! Ngerinyaaa!”
            “Haha jangan ngeri dulu yaah.. ini adalah peralatan yang sering kita temui di rumah sakit atau puskesmas yah. Siapa yang pernah disuntik?” seketika beberapa orang menunjuk. “Yak, mungkin ada yang biasa suntik karena untuk imunisasi yah.. atau ada yang pernah diinfus?” beberapa orang menunjuk. “sakit apa?” . Sakit Malaria, Kak...” ucap gadis kecil di sudut sana. Yak. Malaria memang masih sangat endrmis di kawasan sebatik, Kalimantan Utara sebelum tahun 2014.
            “Nah ini dia namanya jarum suntik.. lihat ini... boleh dibawa keliling ke teman sebelahnya, untuk melihat jarum suntik... hmm lalu ada yang tahu ini apa?” ucapku sambil menunjukkan stetoskop yang sejak tadi di kalungkan ke leherku. Anak-anak menjawab serentak.. “Itu untuk dengar.. dengar.. untuk sembuhin orang sakit...” ucap mereka lugu. “Ini adalah.. stetoskop, stetoskop itu fungsinya untuk memeriksa orang yang sakit. Untuk memeriksa bagian tubuh yang ada bunyinya.. apa contohnya? Jan...?”
            “Tuuung...” lanjut anak-anak.
            “Ya jantung, lalu perut.. terasa kan kalau kita lapar perut akan berbunyi...” ucapku sambil menatap seluruh anak-anak di dalam kelas.
dok.pribadi
            Anak-anak memiliki konsentrasi yang terbatas, waktu yang diberikan panitia hanya 30 menit. Aku melanjutkan dengan beberapa prakti pergerakan.. simpel saja.. mereka satu-satu menggunakan stetoskop memerksa temannya satu demi satu. “Siapa yang mau coba pakai stetoskop?”
            Seketika mereka ramai tunjuk tangan. “Oke, bawa kursinya.. kita buktikan.. kita dengarkan.. apasih yang terdengar dari dalam stetoskop??”
            Para anak semangat maju kedepan kelas mencoba stetoskop. “Apa bunyinya?” tanyaku setelah mereka memeriksa area jantung temannya. “Bunyinya Deg...deg...” ucap mereka sambil tersenyum puas.
***
            Kelas 5 SD telah dilalui. Lanjut ke kelas selanjutmya, yaitu kelas 6 SD. Masih dengan suasana yang sama. Kelas 6 SD mungkin sudah tahap mengerti dan tahap ingin mengetahui lebih banyak tentang cita-cita. Seperti awal. Menuliskan cita-cita di atas kertas berwarna. Mereka menuliskannya lalu menempelkannya. Kemudian aku jelaskan tentang tiga profesi medis. Lalu pengenalan alat-alat medis seperti awal, kemudian aku coba bermain peran. Ada yang menjadi dokter, perawat, bidan, ada juga yang menjadi pasien. Mereka bersemangat, memang jika materi ajar beragam. Tidak monoton teori. Akan membuat anak aktif dan tidak mengantuk. Mereka tertawa bersama. Pandangannya antusias, ketika melihat temannya berakting sebagai dokter dan pasien. Pertanyaan pun lebih aktif di lontarkan oleh anak kelas 6 SD, sampai pertanyaan yang tak sesuai dengan waktunya.. misalnya mereka tanya “Virus itu apasih kak?” tentu aku jawab dengan bahasa yang mereka mengerti. Ada lagi yang tanya, “Bagaimana caranya supaya bisa menjadi dokter?”, lalu “Kak tenaga medis itu apasih?”
            Setelah dua kelas kami isi. Begitupun kelas lainnya, yang diisi dengan berbagai profesi. Istirahat sekitar pukul 10.30. nah ternyata Pak Polisi yang seharusnya mengisi kelas, ada panggilan oleh atasan. Jadi tidak bisa mengisi kelas. Akhirnya.. Mas Mubin melakukan lobi ke aku, agar aku mengisi kelas yang kosong itu menjadi profesi wartawan. Sedangkan untuk profesi medis di lanjutkan oleh Kiki yang berprofesi sebagai bidan. 
dok.pribadi. lagi tunjukin lokasi pembuluh darah untuk melakukan infus.hehe
            Di ruang istirahat pun terjalin obrolan mengenai para anak-anak. Seperti bapak sekretaris camat yang mewakili Pak Camat memberikan materi, ia bilang mengajar di kelas 1 sangaat repot. Ada yang naik meja, pukul temannya, dan tak bisa diam. Ia salut dengan guru yang bisa mengajar di kelas 1 yang super nakalnya. Ada lagi pak Polisi yang cerita ada anak yang bilang..”Pak aku nak jadi tukang kebun je lah.., bapakku urus kebun duren pun banyak juga duitnya...” ucap Pak Polisi mengikuti kata anak-anak yang ada di kelas tadi. Anak-anak di perbatasan ini banyak terpengaruh negara seberang bahasanya. Jadi saat pemadam kebakaran masuk ke kelas mereka hendak memberikan materi.. anak-anak tahu nama profesi itu dengan sebutan  “Bomba”. Karena terpengaruh bahasa melayu, sedangkan di Indonesia Pemadam kebarakaran ya disebut Pemadam Kebakaran : ). Bersambuung.....
dok.pribadi. bersama Mas Mubin, dari Indonesia Mengajar

Minggu, 13 Maret 2016

Merujuk Pasien ke RSUD Nunukan III




 
dok.pribadi
            Malam ini aku baru saja sedang memotong daun kangkung dari batangnya, untuk persiapan masak makan malam. Maklum, melam ini adalah jadwalku untuk piket masak. Selagi aku seru memtik, tiba-tiba Kiki bidan dari tim kami menelepon dari UGD Puskesmas. “Rinta di minta dr.Astri merujuk pasien..” tutur Kiki dari kejauhan.
            Segera aku bergegas mengenakan pakaian yang lebih rapi dengan jaket khas Nusantara Sehat. Setelah sampai di UGD, aku melihat pasiennya... oh ini pasien yang tadi pagi.. tadi pagi ibu ini juga datang dengan keluhan kateter yang terpasang tidak mengeluarkan urine nya. Terakhir urine yang keluar sedikit dan bercampur pus (nanah). Si ibu memang sudah di diagnosa kanker Serviks (kanker leher rahim). Diagnosa tersebut dari rumah sakit di Makassar. Si ibu sudah mengalami kanker stadium 3B.. termasuk stadium lanjut yang berbahaya.. rumah sakit menyarankan kemoterapi rutin. Namun pasien menolak, dikarenakan biaya dan tidak ada yang menunggui di RS. Akhirnya si ibu APS alias pulang paksa alias pulang atas permintaan pasien dan keluarga.
            Lalu beberapa minggu kemudian, si ibu kembali mengalami keluhan, yakni tidak bisa buang air kecil ke puskesmas.. akhirnya di puskesmas, si ibu di pasangkan kateter dengan kontrol rutin.. karena rumah ibu dekat dengan Puskesmas. Si ibu diizinkan rawat jalan. Saat itu urine keluar, normal. Walau agak sedikit keruh.. sehari berikutnya.. paginya si ibu datang dengan  keluhan tidak keluar urine nya.. oleh dokter dilakukan spooling kateter. Namun tidak berhasil. Urine tidak juga keluar.
            Akhirnya dokter menyarankan rujuk. Rujuk pasien ke RSUD Nunukan. Dokter Astri melihat tampilan aku, yang seperti akan pergi main. Haha, ia meminta ku untuk berganti pakaian. Karena aku adalah satu-satunya perawat yang akan merujuk,, sedangkan Kak Ina yang akan ikut merujuk pun adalah bidan. Aku dipinjami baju jaga nya dokter Astri. Berupa seragam kuning-kuning.. yang di pakaian itu pada dada kirinya bertuliskan “UGD Puskesmas Sanur”, dan di dada kanan tertulis “dr. Astri”, haha setelah pakai pakaian itu di olokin orang rumah.. “Ciyee dokter Rinta”, hahaha -__- Malam sekitar jam setengah 9 malam kami baru berangkat dari puskesmas. Dari PKM menuju dermaga Bambangan membutuhkan waktu sekitar 40 menit.. perjalanan yang gelap gulita.. kanan kiri masih hutan.. naik turun perbukitan, namun Alhamdulillah jalanan sudah mulus untuk wilayah sebatik.. Oh ya Roi ikut sebagai lelaki yang mengawasi kami merujuk malam ini.. si Adik salah satu tim kami ini, jurusan Analis kesehatan ini girang banget diajak merujuk. Akhirnya dia bisa menghirup udara luar yah.. hehe :”)
            Karena sudah malam, kami agak kesulitan mencari speedboat yang akan mengantar kami. karena tidak mungkin untuk pakai perahu. Akan makan waktu yang lama. Kebanyakan para driver speedboat enggan untuk mengantar seberang pulau malam-malam. Malah ada yang minta ongkos lebih seperti minta ongkos untuk pulang-perginya sebesar Rp.500 ribu. Ongkos biasanya hanya sebesar 200 ribu. Akhirnya kami menelepon Kak Kahar.. ia punya langganan speedboat.. Kak Kahar memang pergaulannya luas kok, hehe.
            Jadilah kami dapat speedboat seharga biasa Rp.200 ribu. Kerennya, ternyata si bapak driver speedboat ini adalah orang Nunukan. Jadi ia dari Nunukan, menyeberang ke Pulau Sebatik demi menjemput pasien sakit yang akan di rujuk. Anak si ibu, pasien kami ada 9 orang. Untungnya semua anaknya tak ikut datang merujuk ibunya. Hanya ada 3 orang anaknya yang paling dahulu lahir. Dan satu orang yang sudah cukup tua namun masih segar, mungkin ia adalah ibunya pasien, atau neneknya ketiga anak itu. anak-anaknya sudah berusia 24 tahun yang paling tua.
            Dengan sedikit modifikasi dan akal-akalan tempat duduk di speedboat, akhirnya muat untuk kami berdelapan plus nahkoda speed. Kami berlayar menyeberang di gelapnya malam ditengah lautan. Melihat keatas banyak taburan bintang. Kami berlayar di hempas ombak.. dinginnya angin malam cukup menusuk. Kami menyeberang dengan bantuan penyinaran senter yang kecil. Alhamdulillah kami sampai di dermaga.. kali ini dermaganya agak lebih pendek.. karena kami transitdi dermaga Tanah Merah. Disana kami sudah di tunggu para nelayan yang sedang duduk. Disana kami sudah ditunggu dengan gerobak. YA. Tempat transit Tanah Merah ini tidak bisa dilalui mobil ambulance RSUD Nunukan.. karena masih diatas laut.. alias kami hanya berjalan diatas keramba.. lalu  kayu-kayu yang hanya bisa dilalui paling berat oleh motor. Kami bergotong royong mengangkut pasien dengan gerobak. Perlahan tapi pasti.. kami menuju tempat Ambulance parkir. Agak depan jalan. Kami memasukan pasien kedalam mobil Ambulance perlahan.
            Kami sampai di UGD RSUD Nunukan. Pasien segera tidur di ruang UGD, aku melakukan overan pasien kepada dokter jaga malam itu. beliau adalah dokter yang sama, saat aku merujuk pasien ke Nunukan perdana, dr.Bunga. aku menjelaskan segala keluhan dan riwayat sakitnya si pasien. Setelah semuanya beres, berkas ku sebagai tanda penerimaan pasien sudah di tandatangani dan di Cap, lalu kami kembali pulang menaiki ambulance lagi. Beruntung kami bawa Roi sebagai laki-laki yang bisa diandalkan tenaganya untuk bersama-sama mengangkut pasien.
            Kami pulang diantar Ambulance RSUD Nunukan ke Tanah Merah lagi. Kemudian kami menaiki speedboat yang tadi dengan lebih lapang. Aku dan Roi duduk di belaknag dan Kak Ina duduk di sebelah driver speedboat. Aku dan Roi melakukan penerangan dengan cahaya kamera Handphone. Aku sambil sesekali menengok keatas. Melihat.. bintang.. entahlah.. aku selalu suka menatap bintang dari atas laut.. banyak.. bersinar.. seperti menunjukkan suatu arah.. dan memang bagi orang yang memahami ilmunya, bahwa bentuk bintang melukiskan sesuatu yang dimengerti oleh nelayan atau pekerja pelayaran yang ad di laut.
            Setelah sampai pelabuhan Bambangan. Kami kembali naik Ambulance Puskesmas..  dan menjalani perjalanan hampir satu jam. Oh sungguh kepalaku pusiiing.. seperti mabuk laut.. tapi alhamdulillah gak ada drama muntah segala.. haha :”)
            Pukul 11 malam kami sampai di puskesmas, dan kembali kerumah.. yang jaraknya hanya 3 rumah dari tempat tinggal kami.. alhamdulillah untuk malam ini.. walaupun angin lautnya masih menusuk tulang.. segera air hangat aku tenggak sebanyak-banyaknya.. terasa perut terisi penuh dengan angin :”)

Ditulis tanggal: 11 Februari 2016

            Sebaik Tengah, Kalimantan Utara- Indonesia.
            Nusantara Sehat 2 : )

*Informasi terakhir, bahwa keluarga pasien yang kurujuk ini setelah beberapa hari di rawat di RSUD Nunukan, meminta Pulang APS (Pulang Atas Permintaan Sendiri). Kemudian keluarga merujuk pasien secara Mandiri ke Tawau, Malaysia. Informasi terakhir.. Si Pasien meninggal. Karena kanker serviksnya sudah mencapai stadium 4 saat sudah di RSUD Nunukan. Pasien juga sebelumnya sudah alami komplikasi. Sampai keseluruh organ, termasuk organ perkemihan serta oedema seluruh badan. Semoga Ibu yang memiliki 9 anak ini bahagia di sisi Allah, teriring doa dari anak-anakmu yang soleh-sholehah, Bu :)